20

364 2 0
                                    

Langit sedang membagikan bingkisan dan selembar uang pecahan seratus ribu yang di bantu pak awan dan sang ibu .
Sedangkan kanza sudah kembali terlelap .

Anak-anak terlihat sangat bahagia dan antusias , para orang tua juga ikut berbahagia karena mendapat bagian . Menghantarkan rasa hangat dan kebahagiaan yang menular pada diri langit saat melihat mereka bersorak riang .

Mereka mengucapkan terima kasih berkali-kali dan mendoakan kanza serta langit .
Yang di aminkan dengan kencang oleh langit dalam hati .

" Om tante cantiknya mana kok ga keliatan ? " tanya salah satu anak perempuan yang langit tau bernama hana, usianya sekitar 5 tahun bertubuh gembil dan cantik .

Anak itu begitu mengidolakan kanza , dia bahkan anak yang paling terlihat antusias saat bertemu kanza , mengajak bicara panjang lebar yang isinya hanya memuji dan mengagumi sosok kanza .

" Tantenya sedang sakit " beri tahu langit .

" Tante sakit apa ? Padahal hana mau pamer , kalau sekarang hana sudah jadi anak pintar dan bisa menulis " ucap bocah itu dengan mimik menggemaskan .
Membuat langit ingin menggigitnya .

Langit tersenyum sembari mengacak rambut hana yang panjang dan lebat gemas .

" Doakan tante kanza supaya cepat sembuh ya , supaya hana bisa tunjukin ke tante , kalau sekarang hana sudah pintar dan mau belajar "

" Pasti , hana mau doakan tante , supaya cepat sembuh dan ketemu hana lagi ''

" Anak pintar , uangnya jangan pakai jajan terus ya di tabung sebagian " nasehat langit yang di angguki hana yang langsung berlari ke arah temannya yang memanggil .

***

" Di minum kopinya pak " ucap ibu langit membawa dua kopi dan beberapa toples cemilan .

" Makasih buk " ucap pak awan sembari menunduk .

Ibu kembali masuk ke dalam  , menyisakan langit dan pak awan yang  kini duduk di kursi teras rumah .

" Gimana keadaan non kanza mas ? "

" Sudah membaik , hanya masih sedikit lemas "

" Non kanza dari kecil kalau sakit memang lama apalagi setelah tragedi kecelakaan yang menimpa keluarga nona "

" Kecelakaan ?! " Tanya langit terkejut sekaligus syok .

" Iya , dulu saat non kanza masih SMP ,  nona kanza terlibat kecelakaan bersama kedua orang tuanya , dan hanya non kanza yang selamat  '' jelas pak awan dengan pandangan menerawang .

Sedangkan langit terbujur kaku bagai disambar petir mendengarnya .

" Non kanza bahkan tidak bisa menangis saat tau kedua orang tuanya sudah tidak ada . Hanya diam sampai beberapa bulan tanpa membuka suara sedikit pun , tidak pernah merespon siapa pun yang mengajaknya bicara bahkan kakek nona sekali pun  . Sampai kami mengira nona bisu dan tuli akibat kecelakaan tersebut . Bahkan beberapa hari kemudian nona sama sekali tidak bisa memakan apapun , tiap nona makan pasti akan langsung muntah meski sekedar  minum . Membuat tuan besar putus asa melihatnya . Akhirnya nona harus di rawat di rumah sakit beberapa kali , bahkan sudah berapa kali mengganti dokter spikolog dan spikiater . Namun tidak juga mendapat perubahan . " Pak awan menjeda ceritanya sembari menarik nafas berat .

Langit melihat kesedihan dan air mata yang keluar dari sudut mata pria paruh baya di sebelahnya  .

" Sampai akhirnya semua dokter disini menyerah dan menyarankan agar membawa nona berobat keluar negeri dan mendapat suasana baru disana . Disana juga ternyata tidak banyak memberi perubahan pada non kanza , belum lagi tuan besar yang harus mengurus perusahaan . Sehingga waktu untuk menemani non kanza terbagi "

Langit mendengarkan dengan membayangkan kondisi kanza saat itu .

" Beberapa bulan setelah menjalani pengobatan di luar negeri , kesehatan nona mulai membaik , sudah bisa makan meskipun sedikit ,  nona sudah mau merespon orang yang berbicara tapi masih belum mau membuka suara . Tapi kami saat itu merasa sedikit lebih lega keadaan nona sedikit lebih baik , namun perkiraan kami salah , tanpa di duga nona sering menangis  diam-diam saat sendirian di kamarnya , bahkan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri . "  Cerita pak awan sampai terisak .

Langit mencengkram sisi kursi dengan kuat , dadanya terasa sesak nafasnya memburu , bahkan tanpa sadar air mata langit menetes .

Langit sudah tidak mampu mendengarkan lagi cerita pak awan .

Tanpa kata langit berdiri dan berjalan tergesa ke arah kamar sang ibu meninggalkan pak awan yang masih larut dalam kesedihannya .

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang