Langit sedang membagikan bingkisan dan selembar uang pecahan seratus ribu yang di bantu pak awan dan sang ibu .
Sedangkan kanza sudah kembali terlelap .Anak-anak terlihat sangat bahagia dan antusias , para orang tua juga ikut berbahagia karena mendapat bagian . Menghantarkan rasa hangat dan kebahagiaan yang menular pada diri langit saat melihat mereka bersorak riang .
Mereka mengucapkan terima kasih berkali-kali dan mendoakan kanza serta langit .
Yang di aminkan dengan kencang oleh langit dalam hati ." Om tante cantiknya mana kok ga keliatan ? " tanya salah satu anak perempuan yang langit tau bernama hana, usianya sekitar 5 tahun bertubuh gembil dan cantik .
Anak itu begitu mengidolakan kanza , dia bahkan anak yang paling terlihat antusias saat bertemu kanza , mengajak bicara panjang lebar yang isinya hanya memuji dan mengagumi sosok kanza .
" Tantenya sedang sakit " beri tahu langit .
" Tante sakit apa ? Padahal hana mau pamer , kalau sekarang hana sudah jadi anak pintar dan bisa menulis " ucap bocah itu dengan mimik menggemaskan .
Membuat langit ingin menggigitnya .Langit tersenyum sembari mengacak rambut hana yang panjang dan lebat gemas .
" Doakan tante kanza supaya cepat sembuh ya , supaya hana bisa tunjukin ke tante , kalau sekarang hana sudah pintar dan mau belajar "
" Pasti , hana mau doakan tante , supaya cepat sembuh dan ketemu hana lagi ''
" Anak pintar , uangnya jangan pakai jajan terus ya di tabung sebagian " nasehat langit yang di angguki hana yang langsung berlari ke arah temannya yang memanggil .
***
" Di minum kopinya pak " ucap ibu langit membawa dua kopi dan beberapa toples cemilan .
" Makasih buk " ucap pak awan sembari menunduk .
Ibu kembali masuk ke dalam , menyisakan langit dan pak awan yang kini duduk di kursi teras rumah .
" Gimana keadaan non kanza mas ? "
" Sudah membaik , hanya masih sedikit lemas "
" Non kanza dari kecil kalau sakit memang lama apalagi setelah tragedi kecelakaan yang menimpa keluarga nona "
" Kecelakaan ?! " Tanya langit terkejut sekaligus syok .
" Iya , dulu saat non kanza masih SMP , nona kanza terlibat kecelakaan bersama kedua orang tuanya , dan hanya non kanza yang selamat '' jelas pak awan dengan pandangan menerawang .
Sedangkan langit terbujur kaku bagai disambar petir mendengarnya .
" Non kanza bahkan tidak bisa menangis saat tau kedua orang tuanya sudah tidak ada . Hanya diam sampai beberapa bulan tanpa membuka suara sedikit pun , tidak pernah merespon siapa pun yang mengajaknya bicara bahkan kakek nona sekali pun . Sampai kami mengira nona bisu dan tuli akibat kecelakaan tersebut . Bahkan beberapa hari kemudian nona sama sekali tidak bisa memakan apapun , tiap nona makan pasti akan langsung muntah meski sekedar minum . Membuat tuan besar putus asa melihatnya . Akhirnya nona harus di rawat di rumah sakit beberapa kali , bahkan sudah berapa kali mengganti dokter spikolog dan spikiater . Namun tidak juga mendapat perubahan . " Pak awan menjeda ceritanya sembari menarik nafas berat .
Langit melihat kesedihan dan air mata yang keluar dari sudut mata pria paruh baya di sebelahnya .
" Sampai akhirnya semua dokter disini menyerah dan menyarankan agar membawa nona berobat keluar negeri dan mendapat suasana baru disana . Disana juga ternyata tidak banyak memberi perubahan pada non kanza , belum lagi tuan besar yang harus mengurus perusahaan . Sehingga waktu untuk menemani non kanza terbagi "
Langit mendengarkan dengan membayangkan kondisi kanza saat itu .
" Beberapa bulan setelah menjalani pengobatan di luar negeri , kesehatan nona mulai membaik , sudah bisa makan meskipun sedikit , nona sudah mau merespon orang yang berbicara tapi masih belum mau membuka suara . Tapi kami saat itu merasa sedikit lebih lega keadaan nona sedikit lebih baik , namun perkiraan kami salah , tanpa di duga nona sering menangis diam-diam saat sendirian di kamarnya , bahkan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri . " Cerita pak awan sampai terisak .
Langit mencengkram sisi kursi dengan kuat , dadanya terasa sesak nafasnya memburu , bahkan tanpa sadar air mata langit menetes .
Langit sudah tidak mampu mendengarkan lagi cerita pak awan .
Tanpa kata langit berdiri dan berjalan tergesa ke arah kamar sang ibu meninggalkan pak awan yang masih larut dalam kesedihannya .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Fiksi Remaja" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .