Langit sedang memeriksa kembali Pr matematika yang ia kerjakan semalam di sela-sela pekerjaaannya .
Langit termasuk orang yang perfeksionis bila menyangkut nilai , pelajar beasiswa seperti langit memang selalu di tuntut mendapatkan nilai tinggi .
Apalagi tempatnya bersekolah sudah masuk tahap internasional . Selain kaya , saingan langit dalam akademis juga lumayan banyak .
" Pagiii semuaaaaaa " sapa kanza dengan ceria .
Yang di jawab tak kalah hangat siswa yang berada dikelas .
Langit hanya menoleh sekilas dan kembali fokus pada buku di didepannya .
" Lagi ngerjain apasih lo sampe nyuekin gue " ucap kanza duduk disamping langit .
" Lagi periksa PR " jawab langit lembut .
" Ya ampun , ga di periksa juga pasti lo dapet nilai 100 elaah "
Sedangkan langit hanya tersenyum , tanpa mengalihkan pandangannya dari buku .
" Biru " panggil kanza dengan suara lembut .
Membuat langit langsung mengalihkan pandangannya pada kanza , langit membuka mulutnya saat kanza mengarahkan sendok ke mulutnya .
" Biar aku sendiri saja " pinta langit .
" Ck jangan ganggu kesenangan gue "
Langit menghela nafas mengalah , saat melihat sekelilingnya , ternyata mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian seluruh murid yang berada di kelas .
Ini bukan pertama kalinya kanza membawakan langit bekal dan memaksa menyuapinya.
Awalnya langit menolak , selain malu dia juga tidak suka menjadi terlihat apalagi menjadi pusat perhatian .
Selama ini langit sudah terbiasa di anggap makhluk tak kasat mata , membuatnya tak terlihat siapa pun di sekolah ini .
Namun , semenjak kehadiran kanza , kehidupan langit berubah drastis .
Apalagi setelah kejadian di lapangan basket beberapa bulan lalu .Tidak ada lagi yang membully atau menatap langit bagai sampah .
Bahkan reyhan dan teman-temannya sekali pun .Beberapa murid menjadi sering menyapa atau bersikap baik seolah mereka dekat , yang justru membuat langit merasa tidak nyaman .
Langit yakin mereka melakukan semua karena takut pada kanza yang kini posisinya menjadi penguasa disekolah ini .
Tapi yang masih langit tidak mengerti tentu saja adalah kanza , yang kini tengah menyuapinya dengan semangat sesekali menghapus noda di bibir langit .
Entah apa sebenarnya tujuan gadis itu melakukan ini . Saat langit tanya gadis itu menjawab karena menyukai langit .
Sangat tidak masuk akal bukan , bagaimana bisa gadis secantik dan sekaya kanza menyukai langit yang biasa-biasa saja .
" Iiiihhh gemes banget sihhh " ujar kanza sembari mencubit pipi langit gemas dan cup .
Kanza mengecup pipi langit dengan tiba-tiba membuat langit tersedak parah .
Kanza langsung memberikan sebotol air minum pada langit sembari menepuk-nepuk punggungnya .
Wajah langit merah padam bukan hanya karena tersedak tapi karena mereka semakin menjadi pusat perhatian .
Bahkan ada beberapa murid yang sampai melongo melihat kelakuan kanza .
" Gitu aja lo batuk , gimana kalo tadi gue cium bibir lo " ujar kanza santai .
" Kanza ! " Tekan langit pelan .
Sungguh langit semakin tidak mengerti pada gadis itu , juga tidak mengerti pada dirinya sendiri yang merasakan desiran serta debaran hebat yang menyenangkan .
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru
Teen Fiction" Aku diam , bukan karena tidak memiliki ingin , tapi karena aku menyadari posisiku " Ersya Kumala . " Terlalu banyak kata andai , tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apapun " Anugrah Yoga .