"Beli! Beli, beli, beli dagangan mamah gue! woi sini lo bocil,"
"Berisik lo, Bang!"
"WE!"
"Ang.. kalo kamu jualan kaya gitu pelanggan mamah bukannya mampir malah pada kabur, Ang." ucap Mamah kepada Anggara yang dipekerjakan dadakan oleh Mamah Cahya.
"Hehe Gedeg banget liat bocil main lato-lato, Mah. Mending belanja kan kalem, dagangan Mamah juga ada yang beli."
Mamah tertawa. "Ya nggak gitu juga, Ang.."
"Mah.. luluh sate nya cuma dapet dikit.." keluh Cahya yang baru datang dari membeli luluh sate yang akan digunakan untuk manggang oleh Cahya, Anggara dan teman-temannya.
"Yaudah tinggal cari lagi, ngapain ngeluh ke Mamah?"
"Ya gak ada lagi Mah, siapa tau Mamah-"
"Ya terus Mamah harus gimana?"
"Ang lo ikut yok."
"Gak, Ang diem disini jaga warung." ucap Mamah menyela ucapan Cahya.
"Ck! Cay mau cari Abing sama Pari bentar ya, Mah." baru juga mau melangkahkan kakinya keluar warung. Eh Mamah malah menyindir.
"Anak laki masak kemana-mana dianter sih. Gak punya keberanian buat pergi sendiri? Harus banget ada temennya."
"Ang aja deh yang beli, Mah. Toh Ang disini jaga warung, pelanggan Mamah malah kabur, Ang teriakin." tawa Anggara. Dia berjalan keluar warung tak lupa menyomot satu permen yupi love. Ya sudah biasa Mamah juga gak keberatan jajan nya diambil Anggara.
"Lah gue gunanya apa, Ang?"
"Lo mau ikut? Ya sini!"
"Ikut aja lah, di rumah serba salah mulu."
Deru angin sedikit kencang membuat perjalanan mereka menuju rumah Mak Seli terasa sejuk.
"Ke rumah Mak Seli nih?"
"Hm."
"Udah abis, Ang. Sisa dua tadi udah gue beli."
"MAK.."
"Iya, Nak?" Mak Seli keluar seperti biasa sigap melayani pelanggannya.
"Mak luluh sate nya masih?"
"Ada nih lagi lima, tadi ada orang yang main cancel pesanan, mau?"
"Lah Mak tadi Cay cari cuma ada dua." nyolot Cahya tidak terima dengan alisnya yang di tekuk.
"Ya Mak kan gak tau kalo bakal di cancel kayak gini, Cay." kata Mak Seli tak kalah nyolot.
"Udah ah! Malah debat Lo nyari masalah ma emak-emak." ucap Anggara kepada Cahya.
"Ini ya." Mak Seli memberikan lima bungkus luluh sate kepada Anggara.
"Berapa, Mak?"
"Tujuh puluh lima ribu aja, Ang."
"Ni ya, Mak." Anggara pun pergi tanpa mengambil luluh sate itu.
"LO JADIIN GUE BABU HAH?! Sial punya temen gini amat, belagu, kek Bos gue babu nya." Cahya mengambil luluh sate dari tangan Mak Seli kemudian berjalan menyetarai langkahnya dengan Anggara.
"Yang lain gimana? Pada dateng kan?" tanya Anggara sambil melirik Cahya yang mendengus mendiaminya.
"Budek lo?"
"Peka kek!"
Anggara tertawa melihat Cahya marah seperti ini. "Iya, iya!" Anggara pun mengambil kresek besar yang terisi lima bungkus luluh sate di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
Teen FictionAnggara Banaras si Cowok Sad but Sesad. "Maaf Pak Saya sama Alda Khilaf karena Gang nya mendukung kita buat ngelakuin ini. Kesalah pahaman mungkin akan dibenarkan saat mulut Manis si Brengsek Anggara ini berbicara. Follow dulu sebelum baca @meipink...