"Woi ini beneran Anggara gak ada kabar?" Tanya Cahya.
Seharian dari sepulang sekolah hingga tengah malam kedelapan Geng lemoNine berkumpul di depan warung Mamah dan Papa Cahya.
Obrolan mereka beralih membicarakan Anggara yang tak kunjung terlihat. Rumah nya pun sepi, masih gelap seperti kemarin.
"Kemana tuh anak?" Khawatir Wira.
"Nggak mungkin kan nyamperin Andre ke RS terus bikin ricuh di RS dan berakhir di bawa ke kantor polisi?"
"Ngaco lo, Ga. Nggak mungkin Anggara seceroboh itu,"
"Mungkin aja. Kek lo gak tau Anggara aja."
"Gak, tapi aneh, dia gak punya kerabat mana mungkin kan ke rumah kerabat Mama, Papa nya."
"Diajak Bukde kali? Kan Bukde sama Pakde gak pulang-pulang, siapa tau Ang diajak sama mereka."
"Mungkin kali, ya?"
"Gimana kalo kita ke rumah Anggara?" Ajak Wangun. "Hidupin lampu rumahnya selama dia pergi sama Bukde, Pakde."
"Owh iya boleh-boleh. Tapi ini udah jam satu jir, gak dikira maling?" Tanya Langga.
"Muka lo emang mirip maling sih, jadi warga gak salah nyangka lo maling." Ejek Cahya.
"Ya lagian kita udah terkenal di komplek mana ada yang bakal nyangka maling! Bego banget si Lo!" Ucap Wira penuh emosi.
"Gas lah! Nunggu kalian debat, sampai Wira dapet cewek juga gak bakalan selesai."
"Bicit lo, Ngun!"
Mereka berdelapan menginjakkan kakinya menuju rumah Anggara. Sudah malam tidak enak rasanya menggunakan motor, bisa menggangu orang lagi proses buat anak.
Tok tok
"Kita masuk." Menyangka Anggara tidak ada di rumah, mereka main masuk ke dalam. Niat menghidupkan lampu di setiap ruangan yang terdapat di rumah Anggara.
"Ada yang sakit?" Tanya Cahya melihat kapas, obat luka dan tisu berisikan darah berserakan.
"ANG? LO DI RUMAH, ANG?" Teriak Wangun.
Cahya melangkahkan kakinya menuju sofa dan sedikit memeriksa obat-obatan itu.
"Astaga, Ang?"
"Kenapa we?"
"Anggara di rumah?"
"Ang Lo kenapa?"
Mereka kira rumah ini kosong. Tapi ternyata Anggara ada di rumah. Tapi anehnya dia tidak menghiraukan kehadiran teman-temannya.
Anggara masih diam. Tubuhnya terlihat lemas, dia terbaring di atas sofa dengan selimut yang menyelimuti tubuh nya hingga leher.
"Ang ngomong,"
"Ang Lo kenapa, jangan diem! Lo bonyok digebukin siapa?!" tanya Wangun penuh emosi mengguncang pundak Anggara.
"Ah!" Anggara meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya. Apalagi sekarang malah diguncang oleh Wangun.
"Ang, bilang! Kenapa Lo diem aja?"
"Udah! Anggara kesakitan, Lo semua jangan nanya-nanya dulu!" Tegas Cahya ke teman-temannya. "Lo baik-baik aja kan, Ang-"
"CAY! sama aja Lo nanya-nanya anjir!" ucap semuanya kedapa Cahya.
"CK! Gue khawatir,"
"Lo pikir kita gak khawatir juga?!"
"Iya-iya! Tapi sekarang Anggara butuh istirahat Lo semua mending balik!"
"Gak gue mau disini!" Ucap Wangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
Teen FictionAnggara Banaras si Cowok Sad but Sesad. "Maaf Pak Saya sama Alda Khilaf karena Gang nya mendukung kita buat ngelakuin ini. Kesalah pahaman mungkin akan dibenarkan saat mulut Manis si Brengsek Anggara ini berbicara. Follow dulu sebelum baca @meipink...