19.rahasia

177 13 0
                                    


***

"Huh aku salah mengira dirimu" nada kecewa terdengar dari mulut seseorang yang berada di ruangan tersebut.

"Hahaha apa yang kau harapkan padaku? " lawan bicaranya terdengar mengeluarkan tawa remeh.

"Sebenarnya aku tidak ber ekspektasi banyak tentang dirimu" merasa tidak terima akhirnya dia mengeluarkan ucapan sarkas yang malah terdengar lucu di telinga lawan bicara.

"Begitukah? "

"Kau bahkan dengan tega menelantarkan anakmu sendiri sedangkan dirimu bersenang senang di sini"

Ruangan bernuansa hitam yang sekarang sedang terasa hawa yang sangat menyeramkan dari dua orang yang sedang mengatakan argumentasi tentang diri lawannya.

"Kau benar benar kurang kerjaan dengan mencari tau tentang diriku tuan kim"

"Aku sangat merasa prihatin terhadap anak mu mereka dari kecil harus kehilangan sosok orang tua padahal orangtuanya masih hidup" tuan kim tertawa remeh mendengar ucapannya sendiri.

"Sialan PENGAWAL BAWA DIA PERGI"

"Suatu saat nanti ku pastikan kau menyesal tuan park"

Tuan park mendesis 'tidak aku tidak akan pernah kalah'.

Tanpa di sadarinya bahwa dunia ini adalah roda semakin kau menggayuh semakin jauh yang ditempuh maka roda akan selalu berputar yang di atas suatu saat akan ada di bawah dan sebaliknya jadi aku memberi saran lebih baik jangan terlalu berbangga diri.

***

"To"

"Apa? " haruto menoleh ke arah jeongwoo.

Jeongwoo masih terus menatap ke arah depan dengan pandangan kosong "lo pernah berfikir siapa sebenarnya orang tua kita"

Ini adalah pertanyaan sensitif untuk haruto dan dia tidak suka "siapapun dia aku yakin dia adalah orang yang sangat jahat" haruto tersenyum getir perasaannya sedang tidak baik baik saja.

"Ayo duduk" jeongwoo mendudukkan dirinya di bangku taman yang menghadap langsung ke arah matahari yang hampir terbenam "aku sempat berfikir bahwa aku adalah anak haram sampai sampai orang tuaku membuangku" jeongwoo menundukkan kepalanya.

"Tapi aku bersyukur karena hal yang menyakitkan itu membuatku dapat bertemu denganmu" haruto tersenyum dengan pandangan lurus ke depan "sahabat terbaik" bersamaan dengan itu jeongwoo memeluk haruto erat.

"Menangislah aku akan selalu ada aku tidak akan menangis untukmu jeongwoo" haruto balik mendekap tubuh jeongwoo yang mulai bergetar menandakan anak satu itu sedang menangis.

"T tapi kau ju juga butuh tempat bersandar bukan " dengan kata yang sedikit tersendat jeongwoo menatap ke arah haruto yang masih menunjukkan senyumannya.

"Melihat orang yang aku sayangi tersenyum itu adalah sandaran terbaik untukku jadi seringlah tersenyum" haruto balik menatap jeongwoo "tapi aku tidak akan melarangmu untuk menangis"

Matahari terbenam bersama dengan warna jingga yang juga ia bawa membawa gelap datang menerjang perasaan tetapi mereka tidak kesepian memiliki satu sama lain itu adalah anugrah yang membuat bahagia.

Secret (treasure 12) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang