6

380 137 238
                                    

"Saya meeting dulu, ya." Pak Cakra berpamitan kepada Bu Ratna, dan Mba Ani, sembari bangkit dari kursi dan membawa serta tas kerjanya.

"Balik lagi gak?" tanya Bu Ratna yang duduk santai di kursi kerjanya, sembari membuka potato snack ditangan.

Bisa dibilang, Bu Ratna ini adalah satu-satunya orang yang berani berbicara santai dengan Pak Cakra. Selain karena usia mereka yang seumuran, juga dikarenakan Pak Cakra dan Bu Ratna adalah partner dari awal koperasi tersebut berdiri.

"Lihat nanti. Kalau meetingnya sampai sore, ya, gue langsung pulang." balas Pak Cakra, ditanggapi dengan anggukan kepala Bu Ratna.

"Nitip toko." pungkas Pak Cakra, yang mempercayakan Bu Ratna untuk menggantikan posisinya selama ia meninggalkan koperasi.

Bu Ratna kembali mengangguk sambil melanjutkan aktifitasnya mencomot dan mengunyah potato snack ditangannya. Dan di detik berikutnya, Pak Cakra pun melangkahkan kaki keluar menuju parkiran motor yang berada tepat di depan koperasi.

"Anak-anak break dulu deh, makan." ujar Bu Ratna sepeninggalan Pak Cakra.

"Gantian tapi ya! Dua orang dulu. Siapa kek, terserah." lanjut Bu Ratna, sembari melempar pandangan ke arah Lukas, Parmin, dan Nissa yang berdiri berdekatan di depan etalase.

"Gue dulu ya. Laper banget nih." Nissa meminta persetujuan kepada Lukas dan Parmin, seraya mengusap perutnya, sambil meringis.

"Nisa sama Parmin dulu kali ya. Nanti baru gantian Gendis sama Lukas. Lo bantuin gue dulu ya, Kas. Please," pinta Mba Ani kepada Lukas yang sepertinya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.

"Yess..!!" sahut Nissa, girang sambil mengepalkan kedua tangan.

"Ya udah. Duluan gih!" ujar Lukas kepada Parmin dan Nissa.

"Sorry ya, Sob. Bukannya gak sayang nih, tapi Nissa kayaknya udah ngebet banget pengen makan siang bareng gue." balas Parmin, sambil menepuk ringan bahu Lukas dengan memancarkan kepercayaan dirinya. Nissa berdecih geli, sementara Lukas terkekeh.

"Pede gila, lo." sahut Nissa sembari melangkahkan kaki terlebih dahulu.

"Yaelah, bercanda kali Nis. Galak amat." balas Parmin, kemudian melambaikan tangan kepada Lukas, dengan wajah sumringah, sebelum akhirnya menyusul Nissa.

"Nis, panggil Gendis, ya! Suruh dia kesini. Biar dia stand by sama Lukas di toko." ujar Bu Ratna.

"Ok, Bu." jawab Nissa seraya mengangkat ibu jarinya, sebelum akhirnya menghilang dari floor store.

Lukas yang selalu bisa diandalkan dan mempunyai kemampuan multitasking, menghampiri Mba Ani yang terlihat kusut mengahadapi pekerjaannya.

"Bantuin apa, Mba Ani?" tanyanya kemudian, sambil menarik sebuah bangku plastik ke sebelah Mba Ani, lalu mendudukinya.

"Ngecek penjualan produk bulan lalu. Gue yang bacain, lo yang cek ya! Mata gue udah panas, dari pagi di depan komputer." jawab Mba Ani, sambil mengucek matanya dengan satu tangan.

"Belum kelar laporan lo, Ni?" tanya Bu Ratna.

"Belum, Bu. Masih ada selisih, jadinya aku harus cek ulang, satu-satu." jawab Mba Ani, dengan wajah lelahnya. Bu Ratna yang terlihat sudah santai karena telah menyelesaikan semua pekerjaannya pun hanya menanggapi dengan anggukan kepala."

"Lo sini, Kas!" Mba Ani, meminta bertukar tempat dengan Lukas. Keduanya pun lantas bertukar posisi, Lukas kini duduk menghadap komputer, dan Mba Ani duduk disebelahnya dengan kursi plastik.

"Mulai dari tanggal satu, ya." ujar Mba Ani, ditanggapi dengan anggukan kepala Lukas.

Keduanya pun kini larut dalam pekerjaan. Mba Ani membacakan produk yang terjual pada copyan bill satu per satu, sementara Lukas mengecek data di excel, serta merevisinya jika ada yang salah.

Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang