9

375 119 176
                                    

Di hari kedua PKL, Gendis kembali berulah. Teguran dan cibiran kemarin dari Pak Cakra perihal kehadirannya yang selalu terlambat, nyatanya masih belum bisa membuatnya mampu memanage waktu untuk datang ke koperasi dengan tepat waktu.

Seperti biasa, pagi itu ia kembali terlihat berlari kalang kabut dengan rambut kuncir kudanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan.

Dan setibanya di depan koperasi, ia memperlambat langkah kaki dengan pandangan penuh selidik seolah membaca situasi. Matanya membidik satu persatu penghuni koperasi yang sudah bersiap memulai aktivitas di pagi itu. Terpantau Mba Ani, Bu Ratna, Lukas, dan Suparmin sudah berada di floor store.

Pastinya ada Pak Cakra juga yang saat itu terlihat sedang asyik mengobrol dengan salah seorang pengajar, yang juga merupakan anggota koperasi. Melihat hal itu, Gendis pun tak ingin menyi-nyiakan kesempatan. Ia lantas berpikir untuk memanfaatkan situasi.

Gendis lalu berjalan minggir mepet ke tembok, menjauhi pandangan Pak Cakra dengan sepelan mungkin. Mumpung Pak Cakra lagi lengah, pikirnya.

Kehadiran Gendis yang mindik-mindik seperti maling itu, rupanya disadari oleh beberapa penghuni lain, kecuali Pak Cakra tentunya, yang kebetulan masih heboh mengobrol dengan sesekali terselip suara tawa yang nyaring. Dan posisi Pak Cakra yang membelakangi Gendis, membuatnya sedikit leluasa untuk melakukan aksi diam-diamnya untuk menyelinap masuk ke dalam staff room.

Mba Ani yang melihat pergerakan Gendis dari meja kerjanya, tampak melemparkan ekspresi panik ke arah Gendis.

Begitu juga Lukas yang saat itu tengah sibuk membersihkan etalase, mendadak menghentikan aktivitasnya sejenak dengan pandangan yang tak terputus kepada Gendis.

"Cepet-cepet...!!" ujar Mba Ani dengan suara nyaris tak terdengar, sembari mengibaskan satu tangannya, sementara matanya sesekali melirik ke arah Pak Cakra yang belum menyadari kehadiran Gendis.

Melihat kode yang diberikan Mba Ani, Gendis pun lantas merespon dengan mengambil langkah secepat kilat bagaikan The Flash, sampai akhirnya ia berhasil melalui floor store dengan selamat.

Di sisi lain, Lukas yang menyaksikan drama penyusupan Gendis, tanpa sadar ikut menghembuskan napas lega saat Gendis berhasil masuk ke dalam floor store tanpa sepengetahuan Pak Cakra. Ia lantas kembali melanjutkan aktivitas menyemprot dan mengelap kaca etalase yang menjadi salah satu rutinitas pagi para anak PKL di Koperasi Adi Santosa, sebelum memulai aktivitas jual beli.

Beberapa detik setelah sampai di area staff room, Gendis yang masih berjalan tergopoh-gopoh tak sengaja menabrak Mas Toni, yang merupakan salah satu pegawai koperasi bagian gudang. Dan kebetulan Mas Toni ini, kemarin absen dari pekerjaannya dikarenakan sakit.

"Buset Ndis, pelan-pelan kali jalannya. Dikejar setan lo?" protes Mas Toni sembari meringis kesakitan serta memegangi lengan kanannya yang tak sengaja tertabrak Gendis.

"Sorry, sorry Mas. Gak sengaja. Gue takut banget soalnya. Di depan ada setan kepala botak." ujar Gendis yang justru menimpalinya dengan candaan.

"Gue bilangin ya," goda Mas Toni yang mengerti maksud dari ucapan Gendis yang tertuju kepada Pak Cakra, lengkap dengan senyum meledek.

Gendis mengerjap lalu berdecak, "Yee...jangan dong. Panjang nanti urusannya."

"By the way, Mas Toni sudah sembuh?" ujar Gendis kembali, mulai mengalihkan topik pembicaraan.

Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang