12

324 104 210
                                    

"Halo, halo sahabat radio Gaga Fm... Masih pada melek kan? Dennis disini masih setia nemenin kalian di acara kesayangan kita semua, lho. Tentunya di  acara Teman Curhat yang selalu menjadi tempat kalian berbagi cerita dan berkeluh kesah tentang semua hal yang sedang kalian rasakan. Share semua disini yah!"

Suara renyah nan ceria penyiar radio kesayangan Gendis malam itu kembali mengudara menyapa para penggemar setianya.

Gendis yang tadi pagi buta sudah mengirim atensi langsung ke stasiun radio pun tak sabar mendengarkan kartu atensinya dibacakan oleh sang penyiar. Terlebih isi dari kartu atensinya merupakan balasan salam yang ia tujukan spesial untuk pemuja rahasianya, yakni Coffee Prince.

Ia terlihat duduk dan menyandarkan punggung pada sandaran kursi putar dihadapan meja belajarnya. Memutar-mutar kursi dengan ringan, mencari kenyamanan ditengah indera pendengaranya yang berkonsentrai mendengarkan acara radio favoritnya itu.

Dan malam itu rupanya tak butuh waktu lama untuk Gendis bisa mendengarkan kartu atensinya dibacakan. Keaktifannya yang berlangganan mengirim kartu atensi untuk berkirim salam, mungkin menjadi salah satu alasan sang penyiar selalu membacakan kartu atensinya.

"Selanjutnya Dennis akan bacain kartu atensi dari salah satu pendengar setia acara Teman Curhat favorit Dennis nih, siapa lagi kalau bukan Sugar Girl, " ujar penyiar yang saat ini menyapa Sugar Girl yang tak lain tak bukan adalah si Gendis.

Mendengar hal itu, Gedis pun langsung merubah posisi duduknya. Ia menegakkan punggung dan menyeret kursi dengan pantat mendekat pada radio tape di atas meja belajarnya. Matanya yang bulat terlihat berbinar di malam yang tenang. Senyumnya melengkung bak bulan sabit yang bersinar dan menyapa sang radioholic dari luar jendela kaca kamar.

"Hai Kak Dennis, aku cuma mau kirim salam balik buat Coffee Prince yang kemarin malam sudah nyenggol namaku. Salam kenal juga ya, buat kamu. Mari saling mengenal lebih dekat. Dan aku pengen bukti dari kamu, kalau memang kamu pemuja rahasia aku, sapa aku dong on air lewat telepon. Itu sih kalau kamu gentle ya. Salam peace, love, and gaol!" ujar Dennis sang penyiar yang membacakan kartu atensi dari Gendis dibalik mikrofon radio Gaga Fm.

Gendis berseringai jahil atas tantangan yang ia tujukan kepada Coffee Prince lewat kartu atensinya. Ia yang dilanda penasaran tingkat dewa, berharap bisa sedikit mengenal sang pemuja rahasianya meskipun hanya dari suara.

"Perhatian buat Coffee Prince, kamu ditantangin Sugar Girl nih. Semoga aja saat ini kamu lagi mantengin acara Teman Curhat ya. Gue tunggu di line telepon seperti chalenge dari Sugar Girl. Tunjukan ke-gentlean lo, Man!" suara Dennis kembali mengudara dan kali ini terdengar memprovokasi agar Coffee Prince membalas salam dari Sugar Girl lewat sambungan telepon seperti permintaan Gendis.

Beberapa menit selanjutnya Gendis menghabiskan waktunya dengan merebahkan diri di atas ranjang dengan balutan kaos oblong berwarna hitam, bergambar band Coldplay dengan short pant berwarna putih yang memperlihatkan kaki dan paha mulusnya.

Ia berposisi miring menghadap radio tape di atas meja belajar tepat disamping ranjang, sembari memeluk boneka Taz-mania berwarna cokelat yang merupakan tokoh animasi favoritnya.

Ditemani sebuah lagu dari band Linkin Park berjudul My December yang saat ini terputar dari radio yang masih setia ia pantengin. Meskipun dengan mata kriyep-kriyep dan mulut yang sesekali menguap, namun tak mengurungkan tekadnya kali ini yang sudah bulat untuk menunggu Coffee Prince menyapanya langsung via live telepon.

Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang