♡♡♡♡♡
Setelah berhasil mencekal tangan preman yang ingin menggampar pipi Gendis untuk kedua kali, Lukas dengan tatapan penuh amarah, gigi yang menggertak, serta rahang yang mengeras, dengan sekuat tenaga memelintir pergelangan tangan si preman hingga meringis kesakitan.
"BANGSAT LO!!!" umpat Lukas seraya mendorong tubuh preman itu dengan kuat. Saking kuatnya tubuh preman itu pun terpelanting hingga mengenai teman di belakangnya, sebelum akhirnya keduanya terhuyung jatuh ke tanah.
Setelah melampiaskan emosinya, Lukas dengan napas yang masih terengah, langsung menghampiri Gendis. Memastikan kondisi gadis yang sangat berarti dalam hidupnya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Lo gak apa-apa Ndis?" tanyanya dengan wajah cemas dan panik bukan main saat berdiri di hadapan Gendis.
Sedangkan Gendis yang bermental baja, terlihat berusaha menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Dengan wajah dan rambutnya yang semrawut ia masih menyelipkan senyum tipis meskipun hanya beberapa detik.
"Gue gak apa-apa kok." balas Gendis seraya merapihkan dan menyelipkan rambut berantakannya ke belakang telinga.
"Lo luka Ndis," ujar Lukas menyentuh ujung dagu Gendis dengan pelan. Wajahnya makin panik saat melihat ujung bibir Gendis mengeluarkan darah segar akibat tamparan keras dari si preman laknat.
"Dikit doang ini mah. Serius gak apa-apa kok." ujar Gendis mencoba meredam kecemasan Lukas. Sementara Lukas dengan wajah sendu karena merasa bersalah, menyeka darah di ujung bibir Gendis dengan ibu jarinya. Tanpa menyadari bahwa salah satu preman kembali bangkit dan mencoba menyerangnya dari belakang.
"KAK LUKAS AWAAAS...!!! teriakan Winda yang berada di sisi lain lah yang akhirnya menyadarkan Lukas bahwa saat ini ia akan mendapatkan serangan balik. Meskipun terlambat. Karena ketika ia menoleh preman itu langsung memberikan bogem mentah ke wajahnya.
"LUKASSS...!!!" teriak Gendis yang kali ini gantian dirundung kecemasan luar biasa.
Namun tak lama kemudian kekhawatirannya sedikit mereda saat matanya menyaksikan Lukas memberikan serangan balik dengan teknik bela diri yang ia punya. Gendis tersadar dari ingatan yang sempat melupakan bahwa Lukas adalah seorang pelatih karate. Hal itu lah yang membuatnya sedikit lega. Ia memilih menjauh, menyusul Winda. Takut kena pukulan nyasar, pikirnya.
Dan dari kejauhan Gendis dan Winda hanya bisa menatap takjub saat Lukas memberikan sebuah tendangan yang dalam karate biasa disebut dengan istilah Mae Geri. Yaitu tendangan depan yang dilakukan dengan kaki depan atau belakang dalam posisi bertarung. Meskipun Gendis dan Winda sendiri tak mengerti dengan istilah itu. Dan biasanya mereka hanya bisa menyaksikan teknik bela diri itu dalam sebuah adegan film.
Satu tendangan berhasil membuat preman itu terhuyung, namun sebelum terjatuh, Lukas kembali memberikan gerakan dengan teknik membanting lawan dan memberikan kuncian dengan memberikan cekikan dari belakang.
"AWWW!!! SA-KIT...!!! LEPA-SIN!!!" teriak preman itu dengan terbata saat lengan Lukas masih menjepit lehernya. Sementara preman satunya lagi terlihat jiper sejadi-jadinya saat Lukas berhasil menaklukan temannya.
"AMPUN GAK LO!!" ujar Lukas, mengintimidasi.
"IYAAA!!! Ampun...!!! Uhuk...uhuk..." teriak preman seraya terbatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)
Teen FictionApa jadinya jika seorang siswi yang sudah dicap sebagai seorang trouble maker, berpartner selama tiga puluh satu hari dengan seorang siswa tauladan sekaligus Ketua Osis dalam masa PKL sekolahnya? Akan kah ribut tak kunjung henti layaknya Tom and Je...