*****
J.A.P - Sheila On 7
Minggu, 15:30 WIB
Jadikanlah aku pacarmu
'Kan kubingkai s'lalu indahmu
Jadikanlah aku pacarmu
Iringilah kisahku...Sebuah lagu dari Sheila On 7 menggema dan memenuhi kamar Gendis sore itu. Sang empunya kamar sendiri terlihat ikut bernyanyi dengan riang seraya mengeringkan rambut di depan cermin, dengan hair dryer di tangannya.
Ya, tepat setengah jam sebelum waktu janjiannya untuk dijemput Lukas, Gendis menghabiskan sisa waktu yang ada untuk berdandan-ria.
Setelah merampungkan kegiatan mengeringkan rambut, ia pun beralih merias wajahnya.
Diawali dengan membubuhkan bedak pada wajah, memberi sedikit sentuhan blush on berwarna peach yang konon katanya bisa membuat wajah tampak segar. Setelah itu Gendis kembali bereksperimen dengan hal baru yang pertama kali akan ia coba. Yakni menjepit bulu matanya.
Didorong rasa penasaran yang kuat, ia tampak antusias memegangi alat penjepit bulu mata yang berhasil ia dapatkan secara diam-diam dari kotak make up sang Mama.
"Gimana sih nih makenya?" gumamnya sambil mengamati dengan seksama penjepit bulu mata yang kini ada di genggamannya. Dan untuk menghilangkan rasa penasarannya ia pun segera mencoba mengaplikasikannya di bulu mata panjangnya.
"AWWW!!!" pekiknya ketika alat itu justru melukai kulit kelopak matanya yang terjepit.
"Anjritt! Sakit banget mata gue. Sshh..." umpat Gendis dan dengan spontan melempar eyelash curler ke meja.
"Gak usah pakai ginian ah! Ribet banget." gerutunya lagi sambil mengelus bagian bawah kelopak mata yang terasa perih, dengan ujung jari telunjuknya.
Setelah gagal menjepit bulu mata, di menit berikutnya Gendis yang sudah pasrah akhirnya memilih memberi sentuhan terakhir untuk bibirnya dengan memoleskan lip balm stick berwarna pink yang membuat penampilannya kini semakin sempurna.
"Cantik juga gue ya?!" sebuah kalimat sebagai definisi mencintai diri sendiri terlontar dari mulut Gendis setelah mengoreksi penampilan terakhirnya di depan cermin. Dan diakhiri dengan senyuman geli saat sadar dengan tingkah kenarsisannya sendiri.
*****
Ting ...Tong...
Tepat pukul empat sore bel rumah Gendis berbunyi. Terlihat sang Mama yang berada di ruang tengah melangkahkan kaki menuju ke arah ruang tamu bermaksud untuk membukakan pintu. Namun jalannya terhenti bersamaan dengan kehadiran Gendis yang keluar dari kamarnya.
"Gendis aja Mah!" ucap Gendis dengan tergesa, menyerobot, dan menghentikan langkah sang Mama.
Sang Mama mengalah ketika melihat anak gadisnya terlihat antusias berlari kecil dan langsung menyambar knop pintu rumahnya.
"Selamat sore. Benar ini kediaman Gendis Sekar Arum?" ujar seorang cowok dengan nada jenaka dari balik pintu, ketika mendapati Gendis membukakan pintu. Tentu saja cowok itu adalah orang yang memang sudah dinantikan Gendis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)
Teen FictionApa jadinya jika seorang siswi yang sudah dicap sebagai seorang trouble maker, berpartner selama tiga puluh satu hari dengan seorang siswa tauladan sekaligus Ketua Osis dalam masa PKL sekolahnya? Akan kah ribut tak kunjung henti layaknya Tom and Je...