7

378 134 175
                                    

Selang satu jam setelah Nissa dan Suparmin menghabiskan waktu istirahat, kini giliran Gendis dan Lukas berkesempatan mengisi perut mereka yang keroncongan.

Keduanya berjalan memasuki kantin SMP 01 yang berada dibelakang koperasi. Mengingat beberapa anggota koperasi berasal dari SMP tersebut, maka staff koperasi termasuk anak-anak PKL, diperbolehkan untuk beistirahat di kantin sekolah.

Kedatangan Gendis dan Lukas disambut beberapa pasang mata penghuni kantin, terutama para fans Lukas , yang tak lain adalah siswi dari sekolah itu sendiri.

"Bu, mie ayam dong, " sapa Gendis setelah berada di depan stand yang menjajakan menu mie ayam.

"Eh, Nak Gendis. Udah mulai PKL lagi ya?" tanya penjual mie ayam bernama Bu Tuti.

"Iya nih, bu." balas Gendis dengan senyum ramah.

"Tiga bulan lagi?" tanya Bu Tuti kembali, sambil meraih mangkuk namun dengan mata tetap tertuju kepada Gendis. Gendis lantas menjawab dengan sebuah anggukan.

"Alhamdulillah, pelanggan Bu Tuti balik lagi." ujar Bu Tuti.

"Nak Lukas mau mie ayam juga?" giliran Lukas yang kini jadi perhatian Bu Tuti.

"Iya Bu. Komplit ya, kayak biasa." jawab Lukas tak kalah ramah.

"Siap..." balas Bu Tuti dengan semangat empat lima.

"Bu, saya gak___" belum sempat Gendis melanjutkan kalimat, namun Bu Tuti sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Gak pakai daun bawang, sama banyakin sawinya kan?"

"Keren nih Bu Tuti, ingatannya tajam, setajam silet." ujar Gendis kembali tersenyum, melihatkan deretan gigi rapihnya.

"Bisa aja nih Nak Gendis. Ya sudah, nanti Ibu anterin ya pesenannya. Kalian mau duduk dimana?"

Gendis dan Lukas spontan memutar kepala, mengamati beberapa meja yang kosong. Dan didetik selanjutnya tangan mereka kompak menunjuk satu meja berukuran sedang yang posisinya di tengah ruangan kantin.

"Disana!" ujar Gendis dan Lukas kompak tanpa aba-aba.

"Cieee...kompak banget. Baru kenal udah sehati aja kayaknya." ledek Bu Tuti dengan senyum menggoda, membuat keduanya saling melempar pandangan. Lukas dengan tatapan datar, sementara Gendis menatap Lukas dengan dahi yang mengerut, seolah memberikan penolakan atas kata sehati yang diucapkan Bu Tuti.

"Minumnya apa?" lanjut Bu Tuti kembali melempar pertanyaan yang memutus pandangan Gendis dan Lukas.

"Es jeruk ya, Bu." jawab Gendis cepat.

"Sama, Bu." Lukas menimpali.

"Cieee... kompak lagi..." Bu Tuti kembali meledek, membuat Gendis salah tingkah lalu spontan melemparkan tatapan sinis sembari berdecak sebal ke arah Lukas, namun ditanggapi Lukas dengan santai seperti tak berdosa.

"Plagiat, dasar!" ketus Gendis menutupi kecanggungannya, kemudian berlalu menuju meja terlebih dahulu.

"Nak Lukas, plagiat itu yang suka berantem-beranteman ya?" Bu Tuti mencoba mencairkan suasana.

"Itu mah pegulat, Bu." Lukas menimpali plesetan Bu Tuti yang sedikit maksa, kemudian diakhiri oleh tawa renyah keduanya.

******

Beberapa menit berlalu, Lukas dan Gendis yang duduk berhadapan menunggu mie ayam, terlihat tak saling berbicara. Lukas menunduk ke arah layar ponselnya, Gendis bertopang dagu sembari mengedarkan pandangan ke penjuru kantin, yang justru membuatnya semakin kesal, pasalnya keberadaannya saat ini bersama Lukas menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata.

Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang