18

190 47 137
                                    

Fix You-Coldplay

*****

"Dewi itu anak yang pernah magang di sini juga. Barengan gue sama Gendis waktu PKL tahap pertama," Nissa memberikan jawaban atas pertanyaan Lukas dengan suara pelan.

"Terus kok Gendis kayaknya gak suka banget sama dia? Mereka musuhan?" balas Lukas dengan suara tak kalah pelan.

Mendapati pertanyaan Lukas, Nissa memberi jeda dengan melirik ke arah Pak Cakra, Mba Ani, dan Bu Ratna yang terlihat kembali fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Ia pun kemudian mendekatkan kepalanya ke arah Lukas.

"Inget kasus uang modal kasir yang hilang gak? Yang sampai sekarang Pak Cakra masih suka ngungkit-ngungkit kejadian itu," bisik Nissa.

Lukas menganggukan kepala cepat."Terus?"

"Kasus itu kan gak jelas kebenarannya. Gak tahu hilang karena kelalaian, atau memang ada orang yang sengaja ngambil. Tapi berhubung pada saat itu memang pas banget job desk Gendis yang jadi kasir, Pak Cakra menyimpulkan itu sebagai kelalaian Gendis, sekaligus jadi tanggung jawabnya." celoteh Nissa dengan suara pelannya.

Lukas mengangguk paham mendengar ucapan Nissa, namun matanya menerawang seperti memikirkan sesuatu.

"Emangnya waktu kejadian, yang lain pada kemana?" tanya Lukas yang kini berubah seperti detektif.

"Hari itu kebetulan pas banget ada rapat anggota di lantai atas. Jadi yang lainnya pada ikut rapat. Dan gue waktu itu ditugasin buat bantuin Mba Ani jadi seksi  konsumsi,"

"Jadi di toko cuma ada Gendis sama Dewi gitu?" tanya Lukas dan disambut dengan anggukan kepala Nissa.

"Gue bingung juga sih. Di satu sisi, Dewi itu menurut gue anak yang punya kepribadian baik. Ramah, kalem, rajin, pokoknya atittudenya bagus deh, gak neko-neko gitu. Di sisi lain, biarpun Gendis anaknya urakan kayak gitu, tapi gue juga tau banget dia. Secara gue sama Gendis kan udah kenal lumayan lama. Dan selama itu juga gue itu gak pernah dengar Gendis tersangkut masalah yang serius kayak gitu. Apalagi nyangkut soal duit. Setahu gue Gendis anaknya jujur kok. Di kelas aja dia dipercaya jadi bendahara. Kayaknya gak mungkin juga sih kalau Gendis nyuri." Nissa mengambil jeda seraya melemparkan pandangan pada Lukas yang serius menatapnya dari samping, sebelum lanjut bercerita. "Kalau versi Gendis sih, waktu itu dia sempet pergi ke toilet dan ninggalin Dewi sendirian karena kebelet pipis. Jadi menurut dia gak menutup kemungkinan kalau uang itu hilang waktu posisi Dewi sendirian di toko. Yah, meskipun susah juga sih buktiinnya." Nissa mengakhiri ceritanya dengan helaan napas panjang seraya mengedikkan kedua bahunya.

Sedangkan Lukas kembali manggut-manggut dengan masih mencoba mencerna semua cerita Nissa. Dan entah mengapa ia sependapat dengan Nissa. Hati kecilnya bersuara, rasanya gak mungkin juga kalau Gendis yang mencuri uang modal kasir seperti yang Pak Cakra tuduhkan selama ini. Pasalnya sampai sekarang Gendis masih teguh dengan pendiriannya. Walaupun seringkali Gendis mendapatkan tekanan dari Pak Cakra yang terkadang masih mengungkit masalah itu dan menyudutkannya. Bahkan Gendis rela beradu argument dengan Pak Cakra meskipun nilai PKL jadi taruhannya.

*****

Di lain tempat, Gendis yang masih kesal bukan kepalang setelah bertemu dengan rivalnya, memilih menghabiskan waktu menyendiri di ruang staff. Dengan muka yang masih terlipat, ia terlihat menjejali mulutnya dengan permen lolipop kesukaannya sambil berusaha menetralkan emosinya.

Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang