Pagi ini seperti biasa para anggota koperasi termasuk siswa dan siswi PKL, terlihat berkumpul di floor store guna melakukan morning briefing.
Morning briefing itu sendiri adalah salah satu kegiatan rutin dari koperasi yang dilakukan setiap hari untuk menjaga komunikasi antar karyawan sekaligus dapat meningkatkan produktifitas dan kekompakan para karyawannya. Meskipun terkadang malah jadi tempat adu argument antara Pak Cakra dan Gendis.
Padahal kalau diingat-ingat, dulu hubungan keduanya baik-baik saja. Dua bulan masa PKL tahap pertama Gendis kala itu, berjalan lancar bebas hambatan dan cukup menyenangkan. Pak Cakra juga begitu menyukai karakter Gendis yang enerjik, ceria, penuh kekonyolan namun tetap pada porsinya sebagai seorang siswi magang. Ia juga masih memberikan kepercayaan penuh terhadap Gendis. Namun saat memasuki bulan ketiga, terdapat sebuah kejadian yang membuat hubungan keduanya menjadi renggang.
Gendis yang kala itu mendapatkan job desk sebagai kasir, tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan yaitu menghilangkan uang modal kasir. Meskipun sampai detik ini Gendis juga tidak tahu bagaimana caranya uang itu bisa berpindah tangan. Sementara Pak Cakra pada saat itu terlanjur meyakini asumsi yang ia simpulkan sendiri yang mengarah kepada Gendis sebagai pelaku dibalik hilangnya uang tersebut, meskipun tanpa bukti.
Dan sayangnya untuk mengungkap kebenaran tentang hilangnya uang modal itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya koperasi tersebut juga tidak dilengkapi CCTV, yang menyebabkan masalah itu belum terpecahkan sampai detik ini.
"Selamat pagi semua!" Pak Cakra membuka morning briefing yang diikuti oleh seluruh personil lengkap Koperasi Adi Santosa.
"Pagi Pak.." jawab personil koperasi termasuk siswa dan siswi PKL, hampir bersamaan.
Pagi itu Mas Toni terlihat membaur dengan siswa-siswi PKL yang tengah berdiri sejajar dihadapan Pak Cakra yang duduk dibelakang meja kerjanya.
Sedangkan Mba Ani dan Bu Ratna memilih mendengarkan briefing dari meja kerja mereka yang kebetulan sederet dengan meja kerja Pak Cakra.
"Ok, langsung saya mulai saja ya. Saya mau membagikan informasi hasil dari meeting saya kemarin." ujar Pak Cakra, seraya menggiring pandangan ke arah peserta briefing satu per satu.
"Jadi gini, akhir bulan ini kebetulan Koperasi Adi Santosa ulang tahun yang kedelapan, jadi rencananya kita akan mengadakan acara syukuran, dengan mengundang seluruh anggota koperasi. Niatnya itu sekalian ingin mempererat tali silahturahmi dengan para anggota gitu." lanjut Pak Cakra yang kemudian berhenti sejenak memastikan ucapannya didengar oleh peserta briefing.
Namun sayangnya ucapan Pak Cakra tersebut disambut dengan helaan napas Gendis. Berbeda dengan peserta lain yang terlihat antusias, Gendis justru berdecak pelan dengan kepala yang tertunduk lesu. Seperti kesambet setan malas yang membuat seluruh tulangnya melunak dan mengacaukan semangat hidupnya.
Hadehh, alamat capek nih bulan pertama gue PKL. Gak kebayang gimana ribetnya persiapan bikin acara kayak ini. Males banget, sumpah!
Kira-kira seperti itulah isi kepala Gendis yang saat ini hanya bisa ia simpan di dalam hati. Hanya perubahan ekspresi yang bisa mewakili perasaannya. Ekspresi malas, tak bergairah, seperti orang yang hidup segan mati tak mau. Wajah kusutnya tak luput dari pandangan Lukas yang kini berdiri tepat disampingnya.
Seperti bisa membaca pikiran yang ada di kepala Gendis, Lukas melemparkan senyuman miring. Kemudian menepuk-nepuk ringan bahu Gendis. Entah ingin memberi semangat, atau malah meledek. Yang jelas perlakuan Lukas saat itu ditanggapi dengan sebuah lirikan sinis dari Gendis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Puluh Satu Hari (with Ketos)
Teen FictionApa jadinya jika seorang siswi yang sudah dicap sebagai seorang trouble maker, berpartner selama tiga puluh satu hari dengan seorang siswa tauladan sekaligus Ketua Osis dalam masa PKL sekolahnya? Akan kah ribut tak kunjung henti layaknya Tom and Je...