"Aku ingin menjadi langit saja! Karena bisa bersama fajar sekaligus juga senja."
----------
Seorang cowok dengan khas tatto bulan dileher nya itu sedang berjalan di keramaian kota. Tidak tau tujuannya apa, karena cowok tersebut hanya terlihat berjalan-jalan saja.
Sampai ia berhenti di sebuah penyebrangan menunggu lampu merah menyala di jejeran lampu lalulintas. Awalnya cowok itu hanya fokus menatap ke depan, dengan dua tangannya yang ia masukan ke dalam saku jaket yang sedang ia pakai.
Hingga seorang wanita dengan tingkah yang aneh berhenti di samping nya tersebut, membuat pandangan cowok itu langsung ke arahnya.
Karena dirinya yang tidak terlalu peduli, ia kembali mengarahkan pandangannya itu untuk menatap kearah depan lagi. Tapi baru saja ia mengalihkan pandangannya itu, sebuah kejadian Tiba-tiba membuatnya terkejut.
Wanita di sampingnya itu berlari begitu saja tanpa melihat lampu lalu lintas yang belum berubah. Bahkan sebuah mobil besar sempat membunyikan klakson tapi di hiraukan wanita tersebut.
Tin.............
Tanpa disadari cowok itu berlari dengan begitunya. Hingga tangannya tersebut berhasil menggenggam sebuah tangan dan suara itu pun terdengar.
Brak!!!
Mata itu terpejam sejenak sambil mendengar suara bising yang begitu menganggu. Terdengar suara klakson-klakson dari beberapa kendaraan bahkan suara teriakan Orang-orang.
Perlahan ia memberanikan untuk membuka pejaman itu dan pertama kali mata itu terbuka, cowok itu sedang memeluk seorang wanita yang begitu gemetar.
"Lo udah GILA ya! Lo mau MATI...." Bentakan itu pun keluar dari mulutnya.
Deg!
Regan langsung duduk dan mengusap wajahnya itu dengan kasar. Bagaimana tidak dari awal ia masuk ke kamarnya kenangan itu selalu muncul di pikirannya tersebut.
Kini perasaan cowok itu Benar-benar begitu gelisah. Bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, dengan keadaan ia yang belum siap dengan kedepannya.
Regan mengambil ponselnya dan tetap ia menunggu pesan dari seseorang. Dari 2 hari yang lalu saat ia mengungkapkan perasaannya tersebut, Regan dan Dei tidak ada bertemu lagi.
Regan pun berjalan menuju balkon kamarnya, menatap langit malam yang sedang diterangi oleh bulan dan Bintang-bintang. Suara helaan nafas pun langsung terdengar di kesunyian malam tersebut, karena dirinya yang masih merasakan kegelisahan.
"Bukan! Bukan gue yang nyelametin dia," Ucap Regan sambil menatap langit.
Merasa tidak sanggup, cowok itu langsung menundukkan kepalanya tersebut, bahkan terlihat ia mengepal kedua tangannya itu begitu erat.
"Tapi dia sendiri yang membuat dirinya seakan selamat."
Detik itu hembusan angin Tiba-tiba menabrak dirinya. Kegundahan yang sedang ia rasakan, membuat kesejukan angin itu tidak membuat cowok itu kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Teen Fiction"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...