"Kadang aku selalu berpikir, apakah aku bisa menentukan takdir ku sendiri!"
-----
"Bang jangan pergi bang! Jangan tinggalin Dei sama Mama hiks...." Tangisan itu pecah, Dei memohon supaya abangnya tidak pergi meninggalkan mereka.
Walaupun terus memohon dengan suara nya yang sudah serak, Carles tidak peduli. Ia hanya fokus mengambil semua pakaiannya untuk di bawah.
"Bang hiks... tolong bang! Kasihan mama kalau abang pergi."
Carles sudah memasukkan semua pakaiannya kedalam tas. Ia berbalik, mendekati adeknya yang sedang memohon sambil menangis.
"Lo itu egois," ucap Carles membuat Dei terdiam takut.
"Andai lo nggak egois, ayah pasti MASIH ADA SAMA KITAA...." Ucap Carles lagi dengan sedikit bentakan diakhir.
Saat itu Dei Benar-benar takut melihat nya, bahkan Dei hanya menundukkan kepalanya itu tanpa melihat wajah Carles.
Carles menggenggam kedua bahu Dei, sehingga adeknya berdiri tepat di hadapan abangnya. Dei terdiam sambil menahan sakit pada kedua bahunya.
"Setelah lo udah ngancurin semua ini, lo ingin gue tetap disini!" ujar Carles dengan sedikit smirk diwajahnya.
"Lo itu emang egois ya... DASAR EGOIS." Bentak Carles sambil mendorong Dei hingga jatuh.
Carles pun langsung pergi meninggalkan adeknya yang terduduk dilantai dengan rasa takut. Dei perlahan memeluk dirinya sendiri dan menyembunyikan wajahnya, hingga tangisan itu kembali Dei rasakan.
Perlahan Dei mengangkat kepalanya, ia tertidur dengan keadaan masih duduk ditepi kasur. Terlihat cahaya mentari masuk kekamarnya lewat Sela-sela yang terbuka.
Dei berdiri dan duduk di kasurnya, ia
Sedikit pusing ditambah dirinya masih mengingat kejadian tadi malam. Dei berusaha berdiri dan segera Bersih-bersih, dan langsung menuju dapur.Sepi, itu yang ia rasakan di rumahnya sekarang. Dei memasak untuk ia dan mamanya sarapan, sebenarnya Dei masih dalam kesedihan, tapi apa yang abangnya bilang benar kalau dirinya tidak boleh egois. Dei menuju kamar mamanya dengan membawa sepiring nasi dan segelas minum.
Dei membuka pintunya, telihat Dela mamanya sedang menangis. Dei tau apa yang mamanya rasakan sekarang, sama sepertinya kehilangan seseorang yang mereka sayangi. Dei berjalan mendekati untuk coba menenangkan mamanya.
"Ma! Mama makan dulu ya," ucap Dei perlahan, tapi tidak ada respon sedikitpun dari Dela.
"Ma, nanti mama bisa sakit kalau tidak makan!"
Mendengar ucapan anaknya Dela hanya menggelengkan kepalanya. Semenjak suaminya meninggal seminggu yang lalu, Dela sering menyendiri dikamarnya.
"Ma! Dei mohon mama ma-"
"Andai kamu nurut malam itu," Ucap Dela Tiba-tiba dan membuat anaknya itu terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Novela Juvenil"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...