"Ini tentang dia, yang sering menangis setiap sepinya."----------
Lelah rasanya mengikuti takdir yang selalu tidak berpihak pada dirinya. Ia lelah harus berpura-pura setiap harinya, terlihat tegas padahal sangat rapuh. Kadang ia berpikir, kenapa dunia begitu kejam padanya? Sebuah kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sekali pun, hanya takdir yang begitu berantakan baginya.
Isakan tangis selalu terdengar diruangan itu, sebuah ruangan yang satu pun orang tidak bisa masuk selain dirinya. Hanya Tuhan dan dirinya yang tau apa yang ia inginkan saat itu.
Drttt...drttt...
Suara deringan ponsel terdengar diseluruh ruangan, membuat seorang pria terbangun melihatnya.
"Halo!" sapa pria itu dengan suara yang masih mengantuk.
"Woi bos! Lo dimana? Gue didepan apartemen lo nih," ujar seseorang dari seberang sana.
"Gue kesana."
"Anjir bukanya di ja-" Belum selesai ia berbicara, pria itu sudah mematikan teleponnya.
Ia bangun dengan nyawanya yang masih dialam tidur. Berjalan kekamar mandi dan langsung mengambil jaket yang selalu ia pakai.
Saat sedang menuruni tangga, seorang wanita paruhbaya menghampiri dirinya.
"Den Regan mau kemana lagi? Baru tadi pagi aden pulang," ucap wanita itu yang sudah lama bekerja dirumah pria bernama Regan.
"Regan harus pergi bi, bibi tolong jaga rumah ya!" ujar Regan pada bi Sayu yang sudah lama bekerja dirumahnya.
Dan baru saja bi Sayu ingin bicara, Regan sudah pergi meninggalkan dirinya sendiri kembali.
"Bibi tau, pasti kamu tidak nyaman dirumah terus." gumam bi Sayu, sambil melihat Regan keluar dari rumah.
Ditempat lain seorang pria sedang duduk dilantai didepan salah satu kamar di apartemen. Ia memainkan ponselnya dengan mulut yang terus saja mengoceh.
"Gila gue kek orang terbuang disini," ujar pria itu.
"Punya bos, tapi minus akhlak,"
Ia menghela nafasnya dengan kasar. "Untung gue sabar orangnya." sambungnya, sampai sebungkus snack dan minuman terlempar dihadapannya. Wajah yang dari tadi begitu kesal, kini berubah langsung semringah.
Regan, pria yang ia tungguin itu pun langsung masuk kesalah satu kamar di apartemen itu. Sedangkan dirinya masih fokus dengan bungkusan yang penuh dengan makanan.
"Bapak Regan Mizar Harantaz, kalau begini mah , gue nggak masalah nunggu lama didepan kamar lo." ujar Egi, pria yang masih sibuk dengan makanannya.
Sedangkan Regan tidak mempedulikan temannya itu, ia langsung menuju kesalah satu kursi balkon yang tersedia dikamarnya. Menikmati angin sore, sambil menghirup asap nikotin dari mulutnya.
Egi berjalan mendekati Regan, duduk disebelahnya dengan mulut yang masih mengunyah.
"Ngapa lo kesini?" tanya Regan.
Egi menatap bosnya, dan berusaha untuk menghabiskan makanan yang ada di mulusnya.
"Nih bos, anak RACER nyuruh semua anak RAJAWALI ketempat biasa," jelas Egi, membuat Regan menaikan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Ficção Adolescente"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...