"Aku kembali! Dengan membawa LELAH yang kurasakan."
----------
Suara tangisan di sebuah ruangan cukup mengganggu seseorang yang sedang tertidur di ruangan tersebut. Dengan tubuh yang terasa lemas ia perlahan membuka kedua matanya itu. Tidak tau kenapa helaan nafas itu tiba-tiba keluar dari mulutnya, bagaikan dirinya seperti telah melakukan hal yang melelahkan.
Isakan tangis terdengar kembali, membuat ia tersadar kalau dirinya berada ditempat yang begitu asing. Matanya juga tertuju pada orang-orang yang berada didalam ruangan bersamanya.
Tapi, apa yang terjadi? Melihat semua orang yang memakai baju khusus, tapi tidak dengan dirinya.
"Tante! Harus sabar...." Seorang wanita berbicara pelan sambil mengelus pundak wanita lainnya.
Merasa penasaran ia coba berdiri melihat apa yang terjadi. Sayangnya dia tidak bisa melihat siapa saja orang yang berada di ruangan itu karena dirinya yang berada paling belakang.
Sesekali pandangannya terfokus pada ruangan tersebut. Hingga matanya tertuju pada pada papan dengan angka 14.
"Apa aku berada di ruangan itu!" Batinnya.
Tit... Tit.. Tit...........
Hingga ketegangan pun terjadi, saat sebuah suara monitor yang awalnya terdengar kini berhenti seketika.
"Dok! Kenapa ini dok?" Seorang pria paruh baya bertanya dengan cemas.
Dirinya yang berada paling belakang tidak tau apa yang terjadi, ia hanya melihat Orang-orang didepannya itu begitu gelisah. Bahkan sesekali fokusnya itu tertuju pada seorang wanita paruh baya yang terus saja menangis.
"Maaf sebelumnya, kami minta tolong Bapak sama yang lainnya untuk keluar dulu...." Ujar seorang dokter dengar suara yang terdengar panik.
Perlahan Orang-orang di hadapannya itu pun mulai beranjak untuk keluar, sedangkan ia masih penasaran dengan seseorang yang terbaring di kasur pasien itu.
Sesekali ia berusaha untuk melihatnya, tapi dirinya masih terhalang dengan orang-orang yang sedang ingin keluar ruangan itu. Rasa penasaran pada dirinya membuat ia beberapa kali berjinjit untuk bisa melihatnya, tapi karena badannya yang masih terasa lemas, ia pun kehilangan keseimbangan hingga terjatuh ke sebuah bangku.
Tidak tau kenapa saat semua orang sudah keluar dari ruangan itu dan dirinya sudah punya kesempatan untuk melihatnya, kepalanya Tiba-tiba terasa begitu sakit dengan sebuah ingatan yang terlintas.
"Athar!"
"Dei! Bangun Dei...."
Sekilas tapi membuatnya merasa begitu sakit, bahkan tangannya itu sudah meremas rambutnya begitu kuat.
"Dok! Pasiennya....? "
Suara itu langsung menyadarkan dirinya yang sedang kesakitan, tanpa memikirkan apapun ia pun langsung berdiri dan ia melihatnya.
"Deirsh Anasyah." Sebuah nama berada di bawah kasur itu.
~~~
Jakarta, 07 September....
Pagi ini Deirsh hanya duduk santai saja sambil menyiapkan buku yang ia pinjam dari perpustakaan kota. Melihat tanggal di kalender kamarnya, sudah waktunya ia mengembalikan Buku-buku tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Teen Fiction"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...