"Berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Mungkin itu lebih baik."
----------
Tiga wanita sekarang berkumpul di sebuah ruangan kamar yang terlihat begitu glamor, Barang-barang mewah yang tersusun rapi membuat yang liat begitu merasa iri. Zena dan kedua sahabatnya itu sedang mengadakan acara, lebih tepatnya menginap di rumahnya itu.
"Sumpah lo ya zen! Gue sama Becca udah hampir stress pas itu," ujar Fela yang masih merasa kesal atas kelakuan Zena.
"Ya maaf, gue juga nggak tau bakal kek gitu," balas Zena santai.
"Untungnya sih pacar loh percaya sama kami," sahut Becca membuat Fela ikut mengangguk.
Mereka bertiga pun kembali fokus pada film yang mereka tonton dan juga makanan yang sudah mereka sediakan.
"Jadi sampaikan kapan lo bakal kek gini terus?" tanya Becca dengan matanya yang fokus pada film.
"Gue enggak tau, pastinya gue bakal cari waktu yang tepat dan enggak akan semua yang udah gue buat ketahuan," jelas Zena.
Becca yang mendengar nya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tersebut. "Nggak nyangka gue punya temen selicik ini."
Zena hanya tersenyum santai, karena ia tak perduli apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya itu.
Hiks... Hiks....
Hingga terdengar suara isakan tangis yang membuat mereka terdiam dan merasa sedikit tidak enak.
"Zen lo dengar itu kan!" ujar Becca yang langsung di anggukan oleh Zena.
Karena suara tersebut terdengar dari belakang mereka sekarang. Mereka berdua pun perlahan melihat kearah belakang untuk memastikan suara itu.
"Enggak nyangka teman lo ada yang stress," ujar Zena bengong.
"Teman lo juga anjir...." Sahut Becca langsung.
Bagaimana tidak mereka berdua yang sedang serius bercerita, tidak dihiraukan dengan Fela yang begitu fokus menonton film hingga menangis.
"Huuuu... Sedih banget." Gumam Fela.
~~~
Hari yang cukup panas membuat Dei sedikit mencepatkan langkah nya menuju ke arah rumah yang selalu ia datangi belakangan ini. Karena sudah beberapa kali ia datang membuat dirinya sudah merasa terbiasa.
Ting... Tong....
Tidak lama setelah ia membunyikan bel rumah. Terlihat bi Sayu menyabut nya dengan senyuman ceria di wajahnya tersebut, begitu juga dengan Dei yang sudah merasa cukup dekat dengan wanita paruh baya itu.
"Neng Dei! Bibi kira neng Dei udah enggak kesini lagi?" ujar bi Sayu membuat Dei merasa aneh.
"Soalnya den Regan keluar tadi," lanjut bi Sayu.
"Keluar bi!" ucap Dei bingung.
"Iya neng! Udah dari tadi juga sih den Regan keluar, tapi bibi enggak sempat nanya mau kemana," jelas bi Sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Fiksi Remaja"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...