"Senja dan fajar itu berbeda dan tak akan pernah menyatu."
----------
Sudah beberapa hari Dei dan Regan mencari rumah sakit dalam mimpi nya itu, tapi mereka belum juga menemukannya. Mungkin jika Orang-orang tau apa yang sedang mereka cari, Orang-orang tersebut mungkin akan mengatakan kalau mereka berdua itu aneh.
Itu hanya sebuah mimpi, tapi mereka terus mencarinya. Bahkan mereka berdua tidak tau itu nyata atau halusinasi yang diciptakan Dei dalam mimpinya itu.
Lagi-lagi mereka mencari hingga sore dan tidak ada sedikit pun yang mereka dapatkan. Didalam perjalanan pulang Dei hanya diam, bahkan sesekali ada pikiran untuk menyerah saja.
"Dei! Lo mau ke atas apartemen gue lagi nggak?"
Dei! Kini cowok itu sudah mulai memanggil dirinya dengan sebutan nama walaupun sesekali, awalnya Dei kaget dengan Regan yang mulai berubah, tapi Lama-lama Dei pun sudah merasa terbiasa bahkan dirinya mulai sedikit nyaman jika berada didekat cowok itu.
"Emang mau ngapain kak?" balas Dei balik bertanya.
"Lihat senja."
"Hm boleh...." Balas Dei membuat Regan tersenyum tanpa sepengetahuan oleh Dei yang sedang ia bonceng.
Kini Regan pun langsung mengendarai motornya itu menuju ke apartemennya. Sudah begitu lama bagi Dei tidak ketempat itu, begitu juga dengan Regan yang kini jarang tidur di apartemennya semenjak kejadian malam itu.
kadang Dei sesekali memikirkan awal pertemuan mereka. Aneh! Tapi membuatnya seperti merasakan ada yang kembali dari hidupnya sekarang.
Mereka pun sudah tiba di depan apartemen tersebut, tanpa ingin melewati matahari yang mulai terbenam mereka pun langsung bergegas naik ke atas apartemen itu.
Indah, kalimat itu yang terlintas dipikiran Dei saat tiba di atas. Perpaduan warna merah, oranye dan kuning langit senja itu, membuat siapapun yang melihatnya begitu merasa tenang.
Sedangkan Regan ia langsung duduk dilantai tersebut dengan pandangannya yang sudah fokus ke langit dan membuat Dei ikut duduk di samping cowok itu.
"Senja begitu indah, tapi fajar nggak kalah indah dari senja," ucap Regan.
"Kakak juga sering lihat fajar?" tanya Dei.
Regan pun langsung mengangguk. "Fajar dan senja selalu bisa buat gue tenang."
"Andai mereka bisa bersatu, mungkin keindahan mereka melebihi yang kita lihat sekarang," sambung Regan menatap cewek di samping nya itu.
"Tapi sayang! Mereka tidak akan pernah bersatu, sampai kapan pun itu."
Kalimat yang diucapkan oleh Regan membuat Dei terdiam. Seketika cowok itu mengucapkan kalimat begitu puitis, hingga membuat ia teringat oleh seseorang di masa lalunya. Seorang yang juga selalu mengucapkan kalimat yang begitu puitis padanya.
"Dei!" panggil Regan yang membuat Dei langsung menatapnya.
"Apakah kita seperti mereka?" ujar Regan membuat kebingungan saat itu.
"Maksudnya kak?"
Tidak ada jawaban, Regan malah diam dam kembali menatap senja yang perlahan mulai menghilang. Terlihat juga dari atas sana, satu persatu lampu dari Gedung-gedung, rumah dan Warung-warung kecil mulai menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Novela Juvenil"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...