"Kadang tidak percaya diri, membuat kita gagal."
----------
Waktu yang sudah cukup larut membuat Sweet Moment Cafe mulai sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang masih bertahan di Cafe tersebut.
Eza salah satu pegawai berjalan menuju meja luar dengan membawa secangkir teh hangat, ia menghampiri Salwa yang sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya.Eza pun meletakkan teh tersebut dan langsung duduk bersama mereka. "Diminum tante teh nya."
"Makasih ya, tante jadi nganggu kalian kerja nih," ujar wanita tersebut dengan sedikit rasa tidak enak.
"Enggak kok tan, lagian udah sepi juga pengunjung nya, jadi gak terlalu sibuk," ucap Salwa dengan senyum manisnya.
"Tapi tante, selama dia bekerja disini, kami melihat nya sangat Baik-baik saja!"
"Iya benar, bahkan salwa tidak pernah liat dia ngeluh sedikit pun." Sambung Salwa.
Wanita yang sedang meminum teh itu langsung meletakkan teh nya. Ia kembali teringat dimana kejadian itu, ia pun menghela nafas sebelum menjelaskan kepada Eza dan Salwa yang sedang menunggu jawaban tersebut.
"Tante coba bawa dia ke psikolog."
~~~
Suara gesekan besi yang terdengar membuat malam itu tidak begitu terasa sunyi, dengan Dei yang sesekali menggerakkan tangannya kearah langit dan gerakan bibir seperti berbicara disebuah ayunan yang terus bergerak. Hitungan bintang yang berulang kali ia ucapkan, membuat pikirannya masih dalam satu tujuan.
Ia masih menatap langit, sampai helaan nafas terdengar karena ada hitungan yang membuat nya kembali untuk mengulang.
"Dei! Kamu disini?"
Baru saja ia ingin menghitung, sang tante muncul menghampiri nya yang sedang sendiri. Dei sedikit tersenyum saat Erin berjalan kearah nya.
"Kamu ngapain sendiri disini, ini sudah malam loh?" tanya Erin.
"Dei hanya bosan saja, jadi Dei kesini untuk menghitung bintang." Jawab Dei, membuat Erin langsung menatap kearah langit malam itu.
Dia merasa sedih melihat perubahan keponakannya itu, Dei begitu terlihat pucat, bahkan tidak ada kata ceria di dirinya sekarang. Ia menatap kembali kearah Dei yang sedang fokus menatap langit.
"Kamu lelah Dei?" Tanya Erin tiba-tiba.
Dei yang mendengar itu seketika menghentikan hitungan nya, ia membalas tatapan tantenya cukup lama. Sampai sebuah gelengan dan senyuman tipis ia tunjukkan sebagai jawaban. Melihat itu Erin juga tersenyum, ia pun langsung mengusap rambut ponakannya dengan lembut dan kembali menatap kearah langit.
"Tapi sakit tan."
Hanya beberapa detik dalam kesunyian, Dei kembali berbicara hingga membuat Erin langsung menatap nya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
D: Deirsh & Depresinya
Fiksi Remaja"𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣! 𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙣𝙮𝙖?" ----- Deirsh Anasyah kebahagiaannya hilang setelah ayah dan pacarnya pergi untuk selamanya. Takdirnya mulai berubah, kebencian dari ibu dan...