Episode 50 (taeyjoy)

183 33 0
                                    

Episode 50 : Lee Taeyong Point of view part 3

🌵🌵🌵

Siapa mengira wajah ini adalah pembunuh? Tidak ada! Hahaha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa mengira wajah ini adalah pembunuh? Tidak ada! Hahaha!

Kematian Ayah dinyatakan sebagai aksi bunuh diri. Polisi yang begitu bodoh hingga tak mencurigai apapun, atau aku yang terlalu menjiwai sandiwara ini. Entah. Aku pun tak mengetahuinya.

Itu adalah pembunuhan pertamaku. Sekaligus menjadi sebuah gerbang untuk sebuah jiwa liar yang ada di dalam tubuhku.

Sejak saat itu, aku terperangkap pada nafsu ingin membunuh, yang ada di dalam pikiranku hanya ingin menghabisi nyawa seseorang, menyiksa serta
menikmati segala bentuk rintihan kesakitan yang dilontarkan dan aku baru menyadari bahwa itu semua merujuk pada satu kelainan, yaitu Psikopat.

Selepas pembunuhan hari itu, aku menjalani hidupku dengan normal. Sekolah, lulus dan kuliah. Namun dalam artian, aku selalu menahan hasrat ini dengan melampiaskannya pada
hewan yang tidak bersalah. Sungguh, ini benar-benar sangat kejam.

Namun begitulah realitas yang ada, sampai pada akhirnya aku bertemu dengan Joy. Seorang Mahasiswi jurusan kedokteran dan juga merupakan gadis pertama yang membuatku bisa
merasakan hal normal dan dialami banyak orang, yakni jatuh cinta.

Benar, aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Itu yang bisa kurasakan. Semuanya kuartikan sebagai cinta, meski pada akhirnya tidak demikian.

Fakta tersebut benar-benar membuatku tergelak, mengapa? Aku telah lama belajar tentang psikologi, dan... memvonis diriku sebagai seorang aseksual. Ya, bukan tanpa alasan. Karena pada dasarnya sejauh ini sebelum bertemu dengannya, aku tak pernah tertarik pada kaum perempuan ataupun laki-laki dalam tanda kutip.

Aku mengenalnya dari sebuah seminar nasional yang kuikuti saat semester 5 dulu. Seminar itu bertajuk mengenai psikologi seseorang. Saat pertama melihatnya, aku merasakan
kenyamanan seperti yang kurasakan ketika bersama Ibuku.

Berbicara tentang Ibuku, aku tak lagi mendengar kabarnya. Sejak kepergiannya setelah perceraian itu, Ibu tak pernah kembali. Bahkan hanya sekedar untuk menyapaku, dan aku berpikir rasa sakit dalam hatiku mulai tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Sepertinya memang bukan hanya Ayah yang menyebabkan kesakitan dalam hatiku. Ibuku juga mengambil andil di dalamnya.

Lalu bertemu dengan Joy seperti sebuah penawar untuk racun ini. Dia gadis yang baik, terlihat dari ramahnya dia menyapaku. Padahal saat itu
notabenenya aku adalah Mahasiswa dari jurusan lain dan juga tak pernah bertegur sapa dengannya.

Singkat kata, aku telah mengenalnya dan tentu saja mendekatinya. Semua itu berhasil, tentunya dengan beberapa anjuran dari teman seangkatan yang sangat ahli dalam bidang cinta.

a day with park sooyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang