9. Ros

9 1 0
                                    

/ros/
tumbuhan perdu yang berasal dari Cina, pohonnya berduri, bunganya berbau wangi dan berwarna indah, terdiri atas daun bunga yang bersusun; bunga mawar

***

Don't let the tall weeds cast a shadow on the beautiful flowers in your garden.

—Steve Maraboli

***

@rvvianne10xxx sent you a message

Arina mengernyit. Twitter-nya dihubungi akun tak dikenal.

@rvvianne10xxx: Kamu saudaranya Karina, kan?
@rvvianne10xxx: Waktu itu kamu udah setuju buat bantuin kejutan kita, kan?

@arxxxxmng: Iya, boleh. Gimana?

@rvvianne10xxx: Pulang sekolah, ajak Karina ke depan supermarket, dong. Nanti kita ngasih kejutannya di sana, terus mau pergi makan-makan
@rvvianne10xxx: Kamu ga usah ikut makan-makannya. Nganter sampai sana aja. Boleh, kan?

Arina menghela napas. Sudah tak diundang, ia pun diusir setelah selesai mengantar.

@arxxxxmng: Boleh. Besok, kan, ya?

@rvvianne10xxx: Iyaa. Besok Karina ga akan pulang bareng pacarnya. Pacarnya bakal minta dia pulang sama kamu

@rvvianne10xxx: Kalau diajak, mau aja ya

Arina tak memiliki pilihan lain, bukan? Untungnya, ekskul Jepang tak ada aktivitas berkumpul hari itu. Setidaknya, Arina bisa mengajak Karina untuk 'membeli cimol', jika pacarnya belum pernah mengajaknya makan cimol di sana.

Sesungguhnya, Arina pun tak begitu mengenal pacar Karina. Laki-laki itu memang mencolok, namun tak semencolok itu. Yang jelas, keduanya bak pasangan tiang listrik karena tinggi menjulang.

Setidaknya, Karina memiliki kawan-kawan yang baik.

Arina mengangkat muka. Di hadapannya, Emily tengah makan bersamanya dari kotak bekal.

"Kenapa?" tanya Emily.

"Dapet DM dari temennya Karina buat surprise party."

Arina menyerahkan ponselnya ke Emily. Emily mengernyit.

"Duh, dasar orang-orang populer. Kamu dikadalin banget," tuduh Emily.

"Sebentar aja, sih. Ga masalah lah."

Arina menyuapkan nasi. Emily menggeram.

"Kamu terlalu santai, makanya dimanfaatin orang lain!" Emily mengeluh.

"Dimanfaatinnya cuma gitu sih. Lagian kalau aku ikut juga awkward. Ga ada yang kenal, kan?"

Arina terdiam sebelum melanjutkan, "Mungkin."

***

Benar saja. Hari berikutnya, Karina langsung berjalan ke meja Arina sepulang sekolah. Karina bertanya, "Pulang bareng lagi boleh? Pacar aku ada acara lain hari ini."

Arina bisa saja langsung merapikan barang dan pergi, namun ia memilih untuk mengulur waktu. Ia berdiri sejenak, lalu bertanya, "Tapi aku mau ke sekre ekskul dulu. Boleh?"

"Aku boleh ikut juga?" pinta Karina.

Arina mengangguk. Tanpa merapikan tas, ia berjalan beriringan dengan Karina.

Sesungguhnya, Arina pun tak memiliki urusan ekskul saat itu. Ia memutar alasan untuk berjalan ke sana. Untungnya, di dalam, ia bertemu dengan guru pemmbimbingnya.

[2/3] PadmasanaWhere stories live. Discover now