/tu.nas/
1. tumbuhan muda yang baru timbul (dari tunggul, ketiak daun, buku batang induk, batang kayu yang ditebang, dan sebagainya)
2. bakal cabang (ranting) yang baru mulai tumbuh***
And they walked away together through the hole in the wall, back into the darkness.
- Neil Gaiman
***
Sabtu sore, Arina baru menuntaskan kegiatan ekskulnya. Ia berlatih menampilkan tarian sederhana dan lagu soundtrack opening anime yang akan ia pilih untuk penampilan. Hari itu pula, ia tak membawa wig apapun. Ia hanya berlatih di pojok ruangan dan sesekali meminta masukan dari teman-temannya. Tatkala usai, ia menunggu kawan-kawannya yang sibuk berlatih dan menampilkan acara dalam regu.
Arina mendekat ke grup yang masih berlatih. Sesekali, ia berkomentar perihal pose dan penampilan mereka. Tatkala Arina duduk kembali, barulah Ghassan mendekat ke sebelahnya.
"Halo," sapa Ghassan.
Arina menoleh, lalu mengangguk.
"Setelah hari itu, kita belum ngobrol lagi, ya." Ghassan terkekeh. "Kelas sebelas lebih sibuk dari kelas sepuluh."
Arina mengangguk.
"Boleh ngobrol dulu nggak setelah pulang sekolah?" ajak Ghassan. "Aku pingin tau aja sih."
Arina mengangguk.
Sesi ekskul hari itu usai. Setelah seluruh insan membubarkan diri, Arina merapikan tas dan berjalan ke arah pagar. Tak lama kemudian, Ghassan tergopoh-gopoh menyusul.
"Mau ke mana?" tanya Arina.
"Nggak tau, sih. Belum ada ide. Lagi mau makan apa, Rin?"
"Hmm, mau pempek deh. Di deket sini ada, nggak, ya?"
"Ada kok. Yuk."
Ghassan mengambil sepeda. Seolah sudah terbiasa, Arina melompat naik sepeda Ghassan. Bersama, mereka membelah jalan perlahan.
Hari itu, Ghassan bersiul sepanjang jalan. Arina sampai bertanya, "Kenapa seneng banget?"
"Nggak apa-apa. Kamu ga nolak diajak keluar dan biasa aja dibonceng aku." Ghassan terkekeh. "Jarang-jarang, kan?"
Arina mendengus.
Di warung makan, Ghassan memarkirkan sepeda. Arina masuk ke warung makan kecil yang cukup lengang.
Keduanya duduk, langsung memesan, dan bersitatap.
"Oke, kamu punya utang cerita sama aku." Ghassan mengangguk. "Boleh cerita ada apa sampai kamu nitipin foto?"
"Mama tiri aku kaget karena nemu foto yang nggak sempet dia buang." Arina termangu. "Nggak berani nitip di Emily karena takut Emily dikejar orangtua aku."
"Emangnya Emily ditanya?" tanya Ghassan.
"Nggak sih. Jaga-jaga aja," ungkap Arina. "Bingung mau nitip di siapa, karena Ayah tau semua temen-temen aku. Tapi Ayah nggak tahu kamu, jadi aku berani nitip."
"Yah, berarti susah, ya, mau kenalan sama calon mertua," keluh Ghassan. "Aku disembunyiin, nih."
"Camer apaan!" hardik Arina. "Nggak ada!"
Ghassan terkekeh.
"Tapi heran, ya. Kamu nggak nolak sama sekali, tapi juga nggak nge-iyain." Ghassan termangu. "Tapi kamu juga nggak keliatan mainin aku."

YOU ARE READING
[2/3] Padmasana
RomanceBuku kedua dari trilogi Wanantara. . Dalam bahasa sansekerta, Padmasana berarti 'singgasana'. Satu minggu adalah waktu yang cukup untuk menelan dan memaknai perubahan. Sayangnya, kepala Arina kalut menghadapi realita yang terus berganti. Ayahnya nya...