2. Bilah

20 3 0
                                    

/bi.lah/
1. belahan bambu (kayu dan sebagainya) yang tipis dan panjang
2. sesuatu yang menyerupai bilah (terutama pisau, pedang, dan sebagainya)
3. kata penggolong bagi sesuatu yang tipis dan panjang
4. belah menjadi dua atau lebih bagian
5. bagian buldoser yang berfungsi sebagai alat gali dan dorong

***

The only thing that will redeem mankind is cooperation.

― Bertrand Russell

***

"HAH?"

Jam sembilan malam, tatkala ia baru saja melepaskan sepatu dan duduk di meja makan, ayah Arina dan Karina terperanjat dengan permintaan kedua anaknya.

"Kan cuma izin nggak pulang bareng kalau ada ekskul aja, Ayah." Arina memijat dahi. "Nggak setiap hari minta terpisah pulang juga."

Ayah mereka menggeram, "Jadi gitu, ya. Kalian ga sepakat dengan keluarga yang baru kita buat ini."

Arina menyanggah, "Ini bukan nolak sahnya pernikahan Ayah dan Mama! Kita cuma mau punya hobi yang ga saling berkaitan satu sama lain!"

"Nama kalian aja udah sama. Karina dan Arina. Harusnya, kalian juga sama-sama nggak bikin repot orangtua."

"Kita bikin repotnya dari mana?" Arina bertanya. "Pulang sendiri naik angkot. Ga dijemput Ayah. Cuma minta bisa pulang sendiri-sendiri kalau lagi ekskul."

"Harusnya kalian jangan pisah-pisah dulu minimal setahun ke depan. Kasian Karina, baru banget datang ke Bandung. Masih belum tahu jalan ke sekolah," pinta ayah mereka.

Karina menyela, "Aku udah hapal, Ayah. Cuma satu angkot ungu 20 menit dan langsung turun di depan kompleks perumahan, kan?"

Ayah mereka menghela napas.

"Emangnya kalian mau daftar ekskul apa?" tanya ayah mereka.

"Aku kan emang ikut ekskul Jepang. Karina ditawarin ikut cheerleader," jawab Arina.

"Wah, cheerleader? Emang ya, Mamanya cantik, anaknya juga cantik!" seru ayah mereka.

Pria itu tergelak lepas, tanpa menyadari kedua anak perempuan itu gemetar.

"Ya udah, kalau cheerleader, sih, boleh. Tapi langsung pulang, ya, habis latihan. Dan kalau sore-sore masih sama-sama di sekolah, saling tunggu aja buat pulang bareng," Ayah mereka mengajukan syarat.

Keduanya mengangguk.

***

Hari Sabtu adalah hari yang unik. Mereka hanya bersekolah selama setengah hari, sedangkan sisa hari dihabiskan untuk aktivitas ekstrakurikuler. Dan karena itu adalah minggu kedua sekolah, seluruh orang bersiap dengan mula orientasi ekstrakurikuler.

Arina tegak di sana dengan wig biru dan pita seperti Hatsune Miku, walaupun ia hanya mengenakan seragam sekolah. Emily mengenakan kimono putih dengan aksen merah muda. Ada beberapa temannya yang tak mengenakan atau membawa properti lain, namun menyiapkan teks pidato dalam Bahasa Jepang.

"Selamat siang, Kawan-kawan!" seru guru pendamping ekskul Jepang.

Gemuruh selamat siang bergema di ruang aula.

"Selamat datang di acara orientasi pertama kita. Nggak usah terlalu canggung atau keki, kawan-kawan kita di sini yang cosplay emang suka cosplay. Tapi nggak perlu khawatir kalau temen-temen di sini nggak mau cosplay. Kegiatan kita banyak banget! Udah siap untuk hari ini?"

[2/3] PadmasanaWhere stories live. Discover now