24. Umbi

15 0 0
                                    

/um.bi/
1. akar yang menjadi besar dan berisi (wortel, ketela, dan sebagainya)
2. pangkal batang yang menjadi besar dan berisi yang dapat dimakan (seperti talas, keladi)
3. pangkal batang pohon berdaun tunggal (seperti pada kelapa dan pisang)
4. pokok akar (dari batang) yang lurus menghunjam ke dalam tanah; akar umbi
5. bagian pasak (pancang, tiang, dan sebagainya) yang tertanam di tanah

***

Even in a crowd, you are alone inside your own head.

― Anonymous

***

Arina sudah masuk dan menunggu di mobil. Karena Ayah menyetir seorang diri hari itu, ia tak perlu membuka kursi dan duduk di belakang. Mama pasti protes jika Arina meminta duduk di tengah dan berdesakan dengan Mama dan Karina.

Karina baru datang mendekati jam sembilan. Rambut panjangnya diikat satu ke belakang. Karena baju cheerleader-nya termasuk tipis, Karina mengenakan jaket di luar. Sayangnya, Karina mengenakan rok pendek. Pahanya tampak tatkala ia duduk. Arina melepaskan jaket dan meletakkannya di atas pangkuan Karina. Karina membisikkan terima kasih.

Ayah dan Mama-lah yang mempersiapkan diri secara berlebihan. Bahkan, mereka berpakaian bak pemain golf. Arina, yang mengenakan pakaian serba gelap, menjadi paling mencolok di antara keempatnya.

Di jalan, Mama bersiul riang. Ia berulang kali menyemangati Karina dan menyorakkan penampilan pertama yang akan berkesan seumur hidup.

Sesampainya di gelanggang olahraga, Karina turun dari mobil. Ia langsung berlari dan melebur dengan kawan-kawan cheerleader di gelanggang olahraga. Dari belakang, Arina turun dari mobil dan membawa pompom yang Karina belum bawa.

"Makasih, Rin!" Karina mengambil pompom dari tangan Arina. "Maaf ya, jadi harus ikut ke sini."

Arina mengangguk.

Seluruh siswi cheerleader bercengkerama. Di antara mereka semua, hanya Karina yang belum memulas wajah dengan makeup. Kawan-kawannya langsung berseru, "Kar, nggak pake makeup?"

"Emang harus ya?" tanya Karina.

Pekikan menyerbu.

"Iya dong!"

"Baru pertama sih ya."

"Emangnya nggak punya makeup?"

Karina menenangkan kawan-kawannya dengan berujar, "Nggak, sih."

Semua orang menoleh ke Arina.

"Arina nggak minjemin makeup ke Karina?" tanya mereka.

"Aku juga nggak punya," Arina membela diri. "Belum pernah yang makeup sendiri!"

Akhirnya, gadis-gadis itu menyeret Karina untuk didandani. Karina didudukkan di salah satu motor, sedangkan kawan-kawannya ribut memilihkan produk untuk Karina.

Arina bertanya, "Emangnya temen-temen cheerleader biasanya pakai apa?"

Beberapa orang menampilkan produk unggulan di sana. Arina mengeluarkan ponsel dan memfoto produk-produk itu.

Arina memisahkan diri dari kerumunan siswi. Ia berjalan mendekat ke orangtuanya.

"Karina kenapa?" Mama bertanya.

"Karina nggak dandan ke sini, Ma. Lagi didandanin," ucap Arina.

"Ah, iya. Karina udah butuh dandan, ya," komentar Ayah. "Kapan-kapan temenin Ayah beliin makeup buat Karina, ya. Atau Arina juga mau?"

[2/3] PadmasanaWhere stories live. Discover now