22. Guyub

13 1 0
                                        

/gu.yub/
1. rukun
2. gaib

***

Don't Get So Busy Making A Living That You Forget To Make A Life

– Dolly Parton

***

Entah mengapa, detak waktu pada hari itu melambat.

Arina nyaris menguap, namun ia mengerjap. Pendidikan Kewarganegaraan memang bukan mata pelajaran yang menjadi perhatiannya, sehingga kantuk selalu mengetuk. Untungnya, hapalan Arina cukup bagus, setidaknya sampai ujian akhir semester. Sisanya, kepalanya lebih berjalan untuk mata pelajaran saintek.

Bel istirahat berdentang. Arina berdiri dari bangku dan berjalan ke dekat bangku Emily.

"Kenapa?" tanya Emily.

"Ngantuk." Arina menguap. "Mau jalan-jalan aja, sih. Mau ikut?"

"Duluan aja, deh. Aku mau jajan ke kantin."

Arina mengangguk. Ia melangkah keluar kelas dan berjalan ke sembarang arah.

Entah mengapa, langkah membawanya ke arah depan sekolah. Daerah itu dekat dengan ruang guru, kepala sekolah, dan perpustakaan. Akhirnya, Arina memutuskan untuk masuk ke perpustakaan.

Langkahnya dibawa ke ruangan sempit dengan rak buku pendek. Arina berjalan tak tentu arah hingga matanya menemukan buku latihan olimpiade matematika.

Tangannya menggapai buku itu. Tak banyak jejak pemakaian atau peminjaman buku itu. Dari tahun terbit, jelas-jelas buku itu terlalu usang untuk dijadikan materi pada tahun itu.

Arina tetap membalikkan halaman buku itu, hingga pundaknya ditepuk seseorang.

"Ngapain di sini?" tanya Ghassan.

Arina menunjuk buku di tangan.

"Ngantuk, jadi jalan-jalan ngasal. Taunya nyampe sini," jawab Arina.

"Ngilangin ngantuk pake baca buku olimpiade?" Ghassan terkekeh. "Gila, kamu aja yang kaya begini."

"Nggak ya!" bisik Arina. "Kebetulan liat-liat. Kebetulan ketemu buku ini."

Ghassan menatap ke sekeliling.

"Kamu ngantuknya pergi ke rak matematika, lo. Kalau aku yang ngantuk, aku bakal ke rak komik atau novel!"

"Di sini buku komik atau novelnya nggak banyak!" Arina berkilah. "Udahlah. Kamu juga ngapain ke sini?"

"Kamu lewat kelas aku. Kaya ga nongol setelah dipanggil. Ya udah deh, aku ngekorin."

Arina berdecak.

Tanpa menghiraukan Ghassan, Arina menarik kursi dan duduk di depan meja. Ia memperhatikan buku teks tua itu dan memperhatikan soal-soalnya.

Soal-soal di sana jauh lebih mudah dari contoh soal yang diberikan Kak Gema. Arina memahami persamaan di sana, namun tetap lebih rumit daripada soal-soal ujian biasa.

"Lumayan susah juga, ya."

Arina menoleh. Ghassan duduk di sebelah dan turut membaca bukunya.

"Banget. Yang ini masih agak biasa, sih. Kemarin, Kak Gema sempet nunjukin soal tahun lalu. Aku angkat tangan, deh, kalau disuruh jawab soal sendiri."

"Sesusah apa?" tanya Ghassan.

"Nggak susah-susah juga sih." Arina merenung. "Cuma nggak biasa aja? Anggapan kita sama matematika, kan, bakalan ngitung banget. Ternyata nggak juga. Soal olimpiade matematika sih, lebih ke logika. Logikanya sederhana semua, yang udah pernah kita liat, cuma emang harus bisa manfaatin logika itu di situasi lain."

[2/3] PadmasanaWhere stories live. Discover now