5. Sisip

14 1 0
                                    

/si.sip/
1. menyelip (di antara dua benda atau di sela-sela sesuatu)
2. memasang genting baru di sela-sela yang lama untuk mengganti yang pecah
3. menanam tanaman baru sebagai pengganti yang mati atau kurang baik di sela-sela jajaran tanaman
4. menisik(i) kain, kaus, jaring, dan sebagainya yang sobek atau bolong
5. memberi sisipan (seperti el, em, dan er) pada suatu kata, misalnya gigi menjadi geligi, kilau menjadi kemilau, suling menjadi seruling
6. jeruji pada sangkar burung, terbuat dari bambu atau lidi

***

Decide that you want it more than you are afraid of it.

— Bill Cosby

***

Apa yang terjadi saat itu?

Arina benar-benar terpaku. Seingatnya, dalam dua minggu ia memandu siswa baru, ia tak akan berinteraksi terlalu banyak. Arina adalah sosok di belakang kamera. Orang lain yang akan mengarahkan materi saat itu.

Tapi, hari itu, entah mengapa, Ghassan benar-benar memperlambat kerjanya. Padahal, mereka hanya mempraktikkan seni kaligrafi Jepang (yang disebut shuji) level satu, tapi ia benar-benar tak memiliki bakat seni. Alhasil, Arina ditempatkan di depan Ghassan untuk memandunya menulis.

"Kok susah banget, sih, Rin-chan?" keluh Ghassan.

"Nggak apa-apa. Beresin satu aja seadanya, syarat buat hari ini," ucap Arina. "Nanti ke depannya, kalau kamu emang ga mau belajar shuji, masih banyak aktivitas lain yang bisa diikutin selain ini."

"Kalau kamu ikutnya yang mana?" tanya Ghassan.

"Ikut yang lomba debat sama kalau ada nampil-nampil sih. Aku suka cosplay soalnya."

"Pernah nyoba cosplay selain Hatsune Miku?" tanya Ghassan.

"Aku cuma punya dua wig sejauh ini. Satu yang Miku, satu lagi rambut pendek coklat. Asal rambut karakternya pendek coklat, aku lakuin aja sih. Sakine Meiko, misalnya, atau Minami Kawashima."

"Pede banget," puji Ghassan.

"Nggak juga. Aku ga pernah niru kostum sampai seniat itu. Ayah ga ngebolehin pake baju terbuka."

"Wajar, sih. Kalau anaknya cantik kaya kamu, aku pasti larang juga."

Arina mengangkat muka. Ia langsung membantah, "Jangan bercanda!"

Ghassan terkekeh. Ia menjawab, "Aku cuma jujur, lo."

Untungnya, tak ada yang tengah mendengarkan mereka. Semua orang menjauh dan menyerah dengan Ghassan yang jelas-jelas tidak bisa shuji.

"Jangan keras-keras, dong. Kalau kamu ada gosip sama kamu kan kasian," bisik Arina.

Ghassan menggelengkan kepala.

"Kamu yang ga enakan atau karena kamu ga suka?"

Arina menghela napas.

"Di sini, banyak banget yang ngeceng sama kamu. Aku ga mau jadi penghalang buat kamu," tutur Arina.

Ghassan membantah, "Nggak bakal! Liat aja nanti!"

Arina tak menyahut. Ia membiarkan Ghassan menyelesaikan pekerjaan, lalu merapikan kertas sebelum dikumpulkan ke ruang guru.

Arina menunduk. Bisa-bisanya Ghassan menyerukan ungkapan seperti itu! Mereka bahkan baru bertemu dan belum mengenal satu sama lain.

Seketika, Arina terhenti. Karina juga langsung terkesima dengan kakak kelas itu, entah mengapa. Namun, setelah ia berhadapan dengan Ghassan yang benar-benar cemerlang, Arina pun menciut.

[2/3] PadmasanaWhere stories live. Discover now