/lam.pai/
1. tinggi dan ramping (tentang tubuh dan sebagainya)
2. mudah dilenturkan (tidak kaku)***
Before someone will get the guts to monitor your life, he must get the keyboard of humility. To be a humble person, is a priority in leadership!
― Israelmore Ayivor
***
Usai menuntaskan tugas bersama guru di rumah. Arina mengumpulkan buku-bukunya dan memasukkan ke tas. Arina mengetuk pintu kamar orangtua, berharap Ayah dan Mama mau membukakan pintu.
Benar saja. Mama membuka pintu, masih dengan baju dan rambut yang tak disisir.
"Kenapa, Rin?" tanya Mama.
"Arina mau main ke rumah Emily. Udah lama nggak silaturahmi ke sana," kata Arina.
"Emily temen sekelas kamu, kan?" tanya Mama.
Arina mengangguk.
Mama menoleh ke dalam dan bertanya pada Ayah, "Emang Arina kenal sama yang namanya Emily?"
"Iya, temen Arina dari SMP," ujar Ayah.
"Kalau sekelas, berarti sekelas juga sama Karina, dong," sahut Mama.
Arina menelan ludah. Ia menebak alur pembicaraan Mama.
"Karina kayanya mau ngerjain tugas sendiri, deh, Ma. Aku boleh pergi sendiri, ya?"
Mama tak menyahut. Ia menyelip Arina dan menerobos pintu kamar Karina.
"Kar, Arina mau ke rumah Emily, nih." Mama bertepuk tangan. "Kamu kan temen sekelasnya juga. Ikut sana, toh Arina juga bawa buku buat nugas."
Karina bersitatap dengan Arina yang jelas-jelas sudah siap untuk berangkat. Karina menggeleng dan mengangkat bahu.
"Arina dulu aja deh. Titip salam sama Emily dan keluarganya, ya," ucap Karina.
Tak disangka, jawaban tak acuh Karina memantik murka Mama.
"Kalian itu udah keterlaluan sama Ayah dan Mama. Kita udah jadi keluarga lo! Kenapa masalah temenan kalian misah-misah gini?"
Karina mengernyit. Ia balik memancing, "Mama kan tau tempramen aku sama Arina emang beda. Kita nggak sengaja misah-misah karena saling ga suka, emang beda lingkungan pergaulan aja. Dan nggak berarti aku sama Arina nggak ngaku saudaraan!"
"Tetep aja, masa kamu juga nggak mau temenan sama Emily?" Mama menyeka ujung mata, yang Arina dan Karina tangkap sebagai air mata buaya. "Siap-siap sana. Ikut Arina mampir ke rumah Emily! Temen kalian juga harusnya sama, biar semakin akrab!"
Mau tak mau, Karina berganti baju. Ia memasukkan buku ke tas. Kemudian, ia mengekor Arina keluar.
"Hati-hati, Sayang!" sahut Mama.
Arina dan Karina terdiam tatkala mencapai depan pagar. Arina berjalan menuju depan perumahan untuk mengejar angkutan kota, sedangkan Karina memegang pundak Arina.
"Udah, nggak usah khawatir." Karina menunjuk ponsel. "Aku minta pacar aku jemput. Aku main ke rumahnya aja."
Arina mengangguk.
Mereka berjalan ke depan perumahan. Arina dan Karina menanti pacar Karina menjemput. Setelah Karina menghilang dari pandang, Arina melompat menaiki angkutan kota ke arah rumah Emily.
Perjalanan itu dihiasi langit mendung. Untungnya, Arina sempat membawa payung lipat dan hanya mengenakan sandal jepit.
Setelah Arina turun dan membayar, hujan deras cepat melanda. Arina membuka payung dan menembus hujan ke rumah Emily.
YOU ARE READING
[2/3] Padmasana
RomanceBuku kedua dari trilogi Wanantara. . Dalam bahasa sansekerta, Padmasana berarti 'singgasana'. Satu minggu adalah waktu yang cukup untuk menelan dan memaknai perubahan. Sayangnya, kepala Arina kalut menghadapi realita yang terus berganti. Ayahnya nya...