/a.ur/
1. buluh, bambu
2. tabur***
Strength and growth come only through continuous effort and struggle.
– Napoleon Hill
***
Arina bersandar di kursi. Ujian tengah semester berlalu dengan cepat.
Minggu itu adalah minggu yang aneh. Biasanya, tutor Arina akan datang setiap hari untuk mengajarkannya sendiri. Kali itu, Karina bergabung. Tempo belajar memang menjadi lebih lambat, namun belajar bersama saudara sendiri tak buruk juga.
Arina menatap Emily yang langsung mendekati bangkunya. Ia menepuk pundak Arina dan mengajak, "Es krim dulu yuk sebelum pulang!"
Arina berdiri. Bersama, mereka berjalan ke kantin belakang sekolah.
Kantin itu cukup ramai. Setelah berdesakan, mereka berhasil membeli es krim dan kembali ke ruang ujian.
"Habis ini persiapan nampil buat akhir tahun ya," ucap Arina sembari mengintip kalender di ponsel.
"Aduh, bener! Kamu udah tau mau nampil gimana?" tanya Emily.
Arina menjawab, "Sama kaya tahun lalu, deh. Toh cuma ngeramein aja. Mau lebih nyiapin lomba debat Februari depan."
"Kita satu tim di lomba debat, nggak, ya? Kan yang tahun lalu ikut udah lulus juga."
"Paling narik yang kemarin baru masuk juga." Arina mengangkat bahu. "Nggak mepet sama nampil, kan?"
"Sambil-sambil aja, sih." Emily tertawa. "Toh ini tahun terakhir kita dibolehin ikut nampil. Tahun depan udah fokus lulus, cuma diizinin ikut lomba debat. Atau kamu mau nyoba yang lain juga? Olimpiade, gitu?"
"Emang udah buka ya?" Arina mengingat-ingat. "Kalau ada, mau ikutan matematika, deh. Kayanya asik juga."
"Belum ada tanda-tanda sih. Tapi aku mau coba kimia!"
"Berarti harus mulai belajar dari sekarang, ya." Arina bergumam. "Keburu, nggak, ya?"
"Mau minta Ayah buat nyari pengajar olim matematika?" tanya Emily.
"Iya deh, tapi aku juga belum tau cara bagi waktunya. Kalau sekali-sekali skip ekskul buat itu, nggak apa-apa, kan?"
"Ngerti lah. Asal yang Sabtu masih ikut, aman." Emily mengangguk. "Izin dulu aja sama guru pembimbing."
***
"Arina mau coba ikutan olimpiade?" tanya Ayah tatkala makan malam bersama dimulai.
"Iya, Ayah. Mau coba-coba aja sih."
"Boleh. Nanti Ayah carikan pengajar yang bagus." Ayah menoleh. "Karina mau ikut juga?"
"Karina nggak pingin olimpiade," aku Karina.
"Oke, berarti Arina aja ya. Mau mata pelajaran apa?"
"Matematika, Ayah."
"Oke."
Arina dan Karina bertukar pandang. Ayah yang tak memerintahkan mereka untuk berhobi sama menimbulkan tanya. Namun, mengikuti olimpiade bukanlah kegiatan yang dapat dibagi. Apalagi, aktivitas cheerleader pasti mengganggu pelajaran tambahan.

YOU ARE READING
[2/3] Padmasana
RomanceBuku kedua dari trilogi Wanantara. . Dalam bahasa sansekerta, Padmasana berarti 'singgasana'. Satu minggu adalah waktu yang cukup untuk menelan dan memaknai perubahan. Sayangnya, kepala Arina kalut menghadapi realita yang terus berganti. Ayahnya nya...