/dê.bur/
1. tiruan bunyi barang besar jatuh ke air
2. bunyi ombak memecah***
Being kind to someone, only to look kind to others, defeats the purpose of being kind.
― Shannon L. Alder
***
Tak terasa, ujian akhir semester mencapai titik terakhir. Arina mengumpulkan lembar jawaban ke depan, lalu mengambil tas yang ditumpuk di depan papan tulis. Matanya mengudara dan mendapati Karina yang masih mengerjakan soal-soal.
Ia juga seruangan kembali dengan Ghassan, yang, untungnya, tak banyak menggodanya di minggu itu. Rupanya, Ghassan termasuk urutan ranking teratas di bidang pengetahuan alam, sehingga fokusnya tumpah pada pengerjaan soal.
Di luar kelas, ia menyapa Emily yang sudah keluar dari ruangan sebelah. Serupa dengannya, Emily mengembuskan napas kesal.
"Selesai!" Emily bersorak. "Nggak perlu liat program linear lagi! Nggak usah mati ngebahas soal termodinamika!"
Arina menyambar, "Kalau masuk teknik sih ketemu lagi. Emang udah nentuin mau masuk jurusan apa?"
"Nggak juga sih, tapi kesel aja sama matematika." Emily terkekeh. "Aku mau jajan dulu sih. Kamu mau ikut?"
Arina menggeleng. "Nggak deh, mau nungguin Karina aja."
Emily mengangguk.
Keduanya berpisah jalan. Arina mencari bangku kosong dan duduk sembari menyalakan ponsel.
Arina melirik kontak Ibu. Dari percakapan telepon mereka, Ibu mengisyaratkan bahwa ia akan sibuk mengejar target akhir tahun. Ucapan haru dan cinta ditumpahruahkan ke Arina, sedangkan ia nyaris menangis tatkala mendengar suara sendu Ibu yang merindukan buah hatinya nun jauh di Bandung.
Seseorang berdiri tegak di depan Arina. Arina mengangkat muka dan mendapati Ghassan di sana.
"Ibu?" Ghassan melirik ponsel Arina. "Ibu kandung kamu?"
Arina mengangguk pelan.
Ghassan berbisik, "Kamu nggak apa-apa?"
Arina mengangguk.
"Nggak pulang? Nunggu siapa?" tanya Ghassan.
"Nunggu Karina, katanya mau pulang bareng," ungkap Arina.
Ghassan duduk di sebelah Arina. Suara rendah Ghassan mengutarakan, "Kamu cerita ke Karina soal kita?"
Arina menutup mata, lalu menggeleng.
"Niat cerita sama dia, nggak?" tanya Ghassan.
"Mau mau aja sih. Belum ada waktu yang tepat aja."
Ghassan mengangguk.
Karina keluar dari kelas. Langkahnya diarahkan ke Arina dan Ghassan.
"Oh, ini siapa?" tanya Karina.
"Nanti aku cerita," sela Arina. "Jangan bilang-bilang Ayah atau Mama."
Karina bersitatap dengan Ghassan. Senyum simpul merekah dari Karina.
"Not bad," komentar Karina. "Jadi mau pulang barengnya?"
Arina mengangguk.
Keduanya memisahkan diri. Sepanjang gerbang, jemari Karina terpaut. Mulut Karina terkatup, seolah-olah menghindar dari Arina.
"Ada masalah?" tanya Arina.
Karina menoleh. "Nggak ada, sih."
"Terus kenapa khawatir? Dan tumben nggak pulang bareng pacar kamu?"

YOU ARE READING
[2/3] Padmasana
RomanceBuku kedua dari trilogi Wanantara. . Dalam bahasa sansekerta, Padmasana berarti 'singgasana'. Satu minggu adalah waktu yang cukup untuk menelan dan memaknai perubahan. Sayangnya, kepala Arina kalut menghadapi realita yang terus berganti. Ayahnya nya...