BAB | 23

1.1K 35 0
                                    

“Mas tidak peduli dengan masalalu kamu Humaira, ingat ketika Mas mengucap qoblitu itu artinya Mas menerima segala kekurangan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas tidak peduli dengan masalalu kamu Humaira, ingat ketika Mas mengucap qoblitu itu artinya Mas menerima segala kekurangan kamu. Sayang setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, maka ijinkan Mas untuk memperbaiki kesalahan itu.

Ana uhibbuki fillah ya habibati, Mas akan selalu menjadi Imam di setiap sholat kita. Mas akan selalu menjaga dan membimbing kamu hingga ke surga nya Allah.

--Harist Nizar Albasyir--

--Harist Nizar Albasyir--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PLAK!

Sebuah tamparan keras dari Hilya melayang di pipi Humaira, membuat gadis itu meringis kesakitan.

“Kamu terlihat seperti pelacur di dalam vidio ini Humaira!” geram Hilya memperlihatkan layar ponselnya di hadapan wajah Humaira, sorot matanya penuh dengan kemarahan.

Humaira membelalakan kedua matanya, ketika melihat vidio dirinya yang berhubungan intim dengan Renard, ia tak menyangka bahwa vidio itu benar-benar di sebarkan oleh Renard.

“Siapa dia Humaira? Selingkuhan kamu? Tega-teganya kamu melakukan perzinahan dan mengkhianati suami mu sendiri, putra saya?!” bentak Hilya, kedua matanya berkaca-kaca menahan rasa sesak di dadanya. “Hati saya sakit sekali Humaira, betapa menjijikannya kamu di dalam vidio ini...” lirih Hilya, air matanya lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

“Umma maaf Humaira bisa jelasin—”

PLAK!

Lagi-lagi tamparan keras melayang di pipi Humaira.

“SAYA NGGAK PERLU PENJELASAN DARI MULUT MURAHAN KAYA KAMU!” teriak Hilya di sela-sela isakannya, menatap penuh kebencian wajah Humaira.

“Umma maaf...” lirih Humaira, gadis itu menggengam tangan Ibu mertuanya.

“MAAF KATA MU?! PELACUR SEPERTI MU TIDAK PANTAS DI MAAFKAN, SEKARANG PERGI DARI RUMAH PUTRA SAYA!” teriak Hilya, menghempas kasar genggaman tangan menantunya.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang