BAB | 22

1.1K 38 0
                                    

“Hiks, hiks Lighstick perjuangan Humaira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hiks, hiks Lighstick perjuangan Humaira...” Humaira menangis terisak menatap Lighstick nya yang sudah pecah tak berbentuk lagi. “Tahu nggak Mas, Lighstick ini di beli dari hasil Humaira nabung!” kesal Humaira, mendongakkan kepalanya menatap Harist yang masih berdiri mematung karena masih syok.

“Ya maaf, maaf sayang Mas kan nggak sengaja.” Hanya itu yang keluar dari mulut Harist! Tak tahu apa? Ketika Lighstick nya hancur, hati Humaira juga ikut hancur!

Humaira beranjak berdiri, menghapus kasar air matanya. “Humaira nggak mau tahu, satukan pecahan-pecahan Lighstick itu kembali seperti semula!” Kesal Humaira.

“Ya gimana bisa sayang, kalau tuh Lighstick bisa Mas bacain Ayat Kursi terus pecahannya nyatu lagi mah Mas bakal lakuin dari tadi.” kata Harist, heran juga dengan pemikiran istrinya ini.

“Yaudah ganti, harus sekarang beli nya harus sekarang!”

Harist bernafas lega, lalu ia mengeluarkan dompet tebalnya. “Nih.” setelah itu memberikan selembaran uang 50rb ke tangan Humaira.

“APA INI MAS HARIST APA?!” teriak Humaira, membuat Harist tersentak.

“Uang, itu uang Humaira sayangku.”

Humaira berdecak sebal. “Iya tahu, maksudnya itu uang buat gantiin Lighstick Humaira gitu?!” otak Humaira tambah mendidih akibat Harist yang memancing emosinya terus menerus.

“Iya 50rb kan harganya?” ucap Harist tak ada beban sama sekali.

“50 RB KEPALAMU KU JADIIN BOLA SEPAK MAS HARIST!” teriak Humaira, sudah di pastikan sebentar lagi Humaira akan cosplay menjadi banteng yang akan menyeruduk suaminya.

“M-emang berapa? Itu kan lampu.” Harist mengerutkan dahinya bingung.

“Seharga ginjal Mas Harist!” kesal Humaira, berlalu pergi keluar dari kamarnya.

“H-arga ginjal saya berapa emang?” tanya Harist pada dirinya sendiri. “Masa saya harus menjual ginjal dulu, biar bisa kebeli itu lampu.” Harist geleng-geleng kepala, setelah itu ia berlalu pergi menyusul istrinya yg ngambek.

***

Tok tok tok!

“Sayang buka pintu nya dong, udahan ya marahnya.”

Humaira menghela nafasnya, ia beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya.

“Gitu dong sayang, nggak baik juga kan cuekin suami lama-lama.” wajah Harist yang tadinya sedih menjadi sumringah menatap Humaira yang kini telah membukakan pintu kamarnya.

Humaira tak menghiraukan ucapan suaminya, ia berlalu pergi memasuki kamarnya di susul oleh Harist.

“Masih ngambek?” tanya Harist, menatap wajah istrinya yang terlihat gusar.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang