BAB | 15

1.7K 62 0
                                    

"Mas Humaira nggak bisa tidur, perutnya masih sakit banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Humaira nggak bisa tidur, perutnya masih sakit banget." Rengek Humaira, sedari tadi ia hanya berguling-guling di ranjang, menahan rasa nyeri di perutnya.

Harist yang tengah sibuk mengetik laptop, menyelesaikan pekerjaannya pun menoleh ke arah istrinya. "Sayang, Mas harus bagaimana?" tanya Harist, tidak beranjak dari duduknya.

Humaira mendengus. "Lanjutin kerjaannya aja, nggak usah peduliin saya!" kesal Humaira-padahal di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Humaira ingin memeluk tubuh suaminya.

Harist menghela nafasnya, kembali fokus pada laptopnya. "Sebentar lagi selesai sayang, sabar ya? Nanti Mas elus-elus perutnya." Katanya, yang membuat Humaira semakin kesal.

Memutar bola matanya malas, Humaira menatap sinis suaminya. "lagi liburan lho ini, kenapa harus ngurusin pekerjaan ya?!"

"Zaujatiku, sebagai Dosen saya tidak libur, meski saya tidak hadir saya memberi tugas untuk Mahasiswa dan sekarang saya sedang memeriksa juga menilai tugas-tugas yang telah di selesaikan oleh Mahasiswa saya." Menjeda ucapannya, Harist menatap wajah Humaira yang menatapnya dengan tatapan penuh amarah. "Maafkan saya ya?"

Humaira tak membalas ucapan suaminya, di saat PMS melanda Humaira jadi gampang tersulut emosi.

Setengah jam Humaira menunggu suaminya itu selesai namun tak kunjung selesai, hingga Humaira mengantuk dan tanpa sadar ia tertidur sambil memeluk guling.

Harist tersenyum ketika menatap wajah sang istri yang tengah tertidur, pria itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan ia langsung menghampiri istrinya yang tertidur pulas, menatapnya dengan kasih sayang dan penuh ketulusan. "Ana Uhibbuki Fillah Zaujatiku." Harist mengecup pipi putih kemerahan Humaira dengan lembut. "Cinta kamu tidak akan terbagi, meski di dalam lubuk hati saya masih mencintai Anindya Almarhumah mantan istri saya. Maafkan saya Humaira, saya tidak akan pernah melupakan Anindya dia akan tetap menjadi istri saya, ibu dari Aisha ... Dulu saya sangat bahagia sekali saat saya bersama Anindya, namun kebahagiaan itu hanya sementara. Allah lebih sayang Anindya sehingga Allah lebih dulu menjemput Anindya, Allah tidak mengizinkan Anindya membuka matanya untuk melihat putri kecilnya lahir ke dunia." Harist menjeda ucapannya, tangannya membelai lembut wajah cantik istrinya.

"Tapi sekarang saya sudah memiliki kamu Humaira Naira Putri, perempuan kedua yang membuat saya jatuh hati, terimakasih karena sudah hadir menjadi bidadari surga kedua setelah Anindya. Saya akan selalu menjadi Nahkodamu ya Habibati." Lanjut Harist, setelah itu ia merebahkan dirinya, memeluk istrinya dari belakang.

Tanpa di sadari oleh Harist, Humaira mendengar setiap ucapannya. Hatinya terasa sesak ketika Harist menyebutkan nama perempuan lain dan menjadikan dirinya Bidadari surga ke dua bukan yang pertama. Meski Anindya sudah tidak ada lagi di dunia, namun nama Anindya sudah jelas ada di hati suaminya. Hal itu membuat Humaira tak kuasa menahan sesak di dadanya.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang