BAB | 26

1.2K 40 2
                                    

“Mencintaimu adalah bagian terindah dalam hidupku, menjadikanmu sebagai istriku adalah suatu kebahagiaan untukku, lantas mengapa aku harus menerima wanita lain jika kamu saja adalah penyempurna hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mencintaimu adalah bagian terindah dalam hidupku, menjadikanmu sebagai istriku adalah suatu kebahagiaan untukku, lantas mengapa aku harus menerima wanita lain jika kamu saja adalah penyempurna hidupku.”

--Harist Nizar Albasyir--

Harist tersenyum kita melihat istrinya yang tengah mengupas mangga di meja makan, lelaki itu langsung menghampiri istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harist tersenyum kita melihat istrinya yang tengah mengupas mangga di meja makan, lelaki itu langsung menghampiri istrinya.

“Sore-sore makan mangga muda, pasti kemauan dedek bayi nya ya? Sini biar Mas aja yang ngupasin.” Kata Harist, mengambil alih pisau yang tengah di pegang oleh Humaira.

“Gausah!” kesal Humaira merebut kembali pisaunya. “Lagian gue juga nggak jadi makan mangganya, udah nggak napsu.” ucap Humaira, ia menaruh kembali mangga dan pisaunya di atas meja makan. Setelah itu Humaira berlalu pergi meninggalkan Harist.

Harist menghela napasnya, lalu mengejar Humaira. “Humaira Mas mohon, jangan bersikap seperti ini sama Mas. Demi Allah Mas tidak kuat dengan sikap kamu yang seperti ini.” Harist menggenggam pergelangan tangan Humaira dari belakang. “Sudah 3 bulan kamu menyiksa Mas, kamu tidak peduli dengan keberadaan Mas di rumah ini, kamu tidak menganggap Mas sebagai suamimu lagi seolah Mas memiliki kesalahan yang sangat besar. Apa karena Mas tidak menuruti permintaan kamu untuk menikahi Aura? Kamu tahu Humaira sesakit apa perasaan Mas ketika kamu merelakan Mas pas wanita lain, ketika kamu tidak memikirkan perasaan Mas melainkan perasaan wanita lain. Humaira apakah masih ada rasa cinta kamu pada Mas di hati kamu?” ucap Harist, membuat Humaira semakin di penuhi rasa bersalahnya. Selama 3 bulan ia tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, namun selama 3 bulan juga Harist  bertahan dengan sikap Humaira.

Humaira membalikkan tubuhnya ia menatap Harist dengan tatapan sendu. “Humaira sangat mencintai Mas, tapi apakah cinta Humaira akan bertahan lama? Tanpa restu dari seorang Ibu, Mas Humaira bersikap seperti ini karena Humaira sangat menyayangi Mas juga Umma. Humaira merelakan Mas pada wanita lain agar Umma bahagia,” lirih Humaira.

“Tapi tidak dengan Mas Humaira, Mas tidak akan pernah bahagia tanpa kamu,”

“Pilih Umma Mas, ingat beliau adalah surgamu, utamakan kebahagiaannya Mas.”

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang