"Alquran nya yang di baca Humaira, bukan wajah saya yang di baca."
"Salah sendiri punya wajah kok tampan-tampan amat, gimana Humaira nggak kepincut coba?"
Humaira Naira Putri sangat menyukai guru ngajinya yaitu Ustadz Harist Nizar Albasyir, Humair...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Terimakasih sudah mencintai Humaira dengan begitu tulus, Humaira berjanji Mas akan selalu menjadikanmu sebagai Nahkodaku dan menjadikanmu imam di setiap shalat kita. Cinta Humaira tidak akan pernah hilang hingga Allah menyatukan kita kembali di surga.”
--Humaira Naira Putri--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“MasyaAllah, istri Mas semakin cantik.” Kata Harist, membuat Humaira menunduk malu.
Malam ini Humaira mengenakan gamis berwarna putih, juga cadar yang selalu menutupi kecantikan di wajahnya.
“Ayo Mas, kita ke meja makan.” balas Humaira.
“Sebentar sayang, hijabmu sedikit berantakan.” Harist memegang pipi Humaira, juga merapihkan hijab Humaira. Setelah itu Harist mengecup lembut kening istrinya. “Mimpi apa saya bisa mendapatkan istri secantik kamu?” ucap Harist, membuat Humaira refleks memukul pelan dada bidang Harist.
“Ih Mas Harist, kenapa pake acara gombal dulu!” kesal Humaira, salah tingkah sendiri.
“Memang tidak boleh seorang suami bersikap romantis pada seorang istri di pagi hari?” Harist melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Humaira, menatap Humaira dengan penuh ketulusan. “Semakin hari rasa cinta Mas semakin tumbuh. Kamu adalah perempuan yang Mas cintai setelah Anindya dan kamu adalah cinta terakhir Mas.” setelah mengatakan itu Harist membuka cadar Humaira dan mengusap lembut pipi Humaira.
Humaira memegang lembut tangan kekar suaminya lalu mengecupnya dengan lembut. “Terimakasih sudah mencintai Humaira dengan begitu tulus, Humaira berjanji Mas akan selalu menjadikanmu sebagai Nahkodaku dan menjadi imam di setiap shalat kita. Cinta Humaira tidak akan pernah hilang hingga Allah menyatukan kita kembali di surga.” ucap Humaira, membuat Harist tersenyum mendengarnya.
“MasyaAllah sudah cantik, sholehah lagi, siapa lagi kalau bukan istrinya Mas. Umma dari Aisha juga calon anak kita.” Kata Harist ia mengusap lembut perut buncit Humaira. Setelah itu ia mengecup lembut bibir Humaira. “Anauhibbuki fillah ya zaujati.” ucap Harist membuat Humaira tersenyum mendengarnya, setelah itu ia memeluk tubuh suaminya.