BAB | 29

1.3K 37 0
                                    

“Allahuakbar Allahuakbar,” lantunan yang terdengar merdu juga tangis bahagia dari Harist—membuat humaira ikut meneteskan air matanya, ia menyaksikan lelaki yang dicintainya meng’adzani putra kecilnya, putra yang baru saja lahir ke dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allahuakbar Allahuakbar,” lantunan yang terdengar merdu juga tangis bahagia dari Harist—membuat humaira ikut meneteskan air matanya, ia menyaksikan lelaki yang dicintainya meng’adzani putra kecilnya, putra yang baru saja lahir ke dunia.

Lantunan Adzan yang begitu merdu dari Harist membuat Umi, Abi juga Aisha yang menyaksikan itu ikut terharu. Putra kecil yang di gendong oleh Harist terlihat sangat tenang ketika di lantunkan Adzan oleh Harist—Abbanya.

“Sayang terimakasih sudah lahir ke dunia ini,  ya Allah terimakasih atas karuniamu yang begitu indah, terimakasih kau telah menitipkan syurgaku. Muhammad Aryan Khairi Albasyir adalah nama untuk putra Abba, dengan arti yang sangat indah. Kamu terlahir begitu indah Nak seperti arti namamu baik dan sangat indah,” Lirih Harist setelah mengumandangkan Adzannya. “Semoga kamu selalu di lindungi Allah ya Nak, jadi putra Abba yang sholeh, yang mampu menjaga Umma dan Aisha hingga ke jannahnya Allah,” setelah mengatakan itu Harist mengecup pipi putranya dengan air mata yang terus mengalir.

“Nak Harist, Abi sangat bahagia akhirnya cucu Abi lahir. Muhammad Aryan Khairi Albasyir adalah nama yang begitu indah, terimakasih Nak sudah menjaga putri Abi hingga melahirkan seorang putra yang begitu tampan.” ucap Hanif pada Harist menantunya, tangannya mengusap-ngusap lembut punggung Harist.

Kini giliran Umi Hanum yang berjalan mendekati Harist. “Jika putri Umi tidak di terima baik oleh kedua orang tuamu Nak Harist, maka Umi percayakan sepenuhnya padamu,” lirih Umi Hanum—jujur hatinya begitu hancur ketika putri satu-satunya tidak di terima baik oleh menantunya sendiri. Kedua orang tua yang seharusnya menjadi rumah kedua, hancur begitu saja karena masalalu putrinya.

Abi Hanif dan Umi Hanum awalnya memang sangat marah, kecewa dan sangat membenci  putrinya, namun mereka juga tidak akan pernah bisa terlalut dalam membenci putrinya. Karena seburuk-buruknya putrinya, ia adalah anaknya, titipan Allah yang harus di jaga dengan baik.

Harist menatap menantunya secara bergantian. “Abi, Umi terimakasih sudah mempercayakan Humaira pada Harist. Maaf, Maafkan Harist Abi, Umi Harist gagal menjadi suami yang sempurna untuk Humaira, Harist gagal menjadikan Humaira ratu dalam kehidupan Harist,” Harist terisak, hatinya sangat sesak ketika mendengar ucapan kedua orang tua Humaira. “Harist gagal, Harist gagal menjadi suami yang baik untuk Humaira,” isak Harist.

“Mas, tidak akan pernah gagal menjadi suami untuk Humaira, Mas Harist begitu sempurna untuk Humaira. Justru Humaira sangat berterimakasih pada Mas, karena telah menerima masalalu buruk Humaira dan menerima Humaira dengan ketulusan hati Mas Harist,” lirih Humaira, dengan air mata yang terus mengalir. “Putra kita menjadi bukti cinta dan ketulusan Mas Harist.” Ucapnya lagi, hal itu membuat Harist tersenyum getir menatap istrinya.

***

“Sekarang anak haram ini sudah lahir, jadi Umma harap kamu menceraikan Humaira!” kata Hilya dengan tegas, menatap putranya dengan tatapan tajam.

“Dia bukan anak haram Umma!” marah Harist, dengan kedua tangan yang mengepal juga rahangnya yang mengeras, menahan amarah.

“Sampai kapanpun, Umma menganggap anak itu haram Harist!”

“Umma, mengapa Umma sejahat ini, Umma yang Harist kenal tidak sejahat ini,” lirih Harist menatap Hilya dengan tatapan sendu.

“Umma seperti ini karena gadis murahan yang kamu nikahi itu Harist! Apa hati kamu tidak sakit ketika melihat vidio perzinahan gadis itu dengan lelaki lain?! Umma sendiri yang melihat pun sakit hati Harist, buka mata dan hati kamu Harist. Bahwa perempuan itu sangat menjijikan!”

“Itu adalah masalalu Humaira Umma, setiap manusia memiliki masalalu yang buruk begitupun juga Umma, yang seharusnya buka mata dan hati itu adalah Umma, selalu merendahkan dan hanya memandang buruk istri Harist!”

PLAK!

Hilya menampar pipi putranya dengan sangat keras, membuat Harist tersentak.

“TINGGALKAN PEREMPUAN MURAHAN ITU DAN MENIKAHLAH DENGAN AURA!” teriak Hilya menatap marah putranya.

“HARIST TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN HUMAIRA!” teriak Harist, tak kalah menatap marah Ummanya. Sungguh ia telah durhaka pada Ummanya, namun Harist ia hanyalah manusia yang lemah, ia juga punya hati! saat istrinya di tindas ia akan membelanya.

BUGH!

Sebuah tonjokan keras menghantam sudut bibir Harist, tonjokan itu dari Albasyir.

“DURHAKA KAMU HARIST, BERANI-BERANINYA KAMU MEMBANTAH UCAPAN UMMA MU! INGAT HARIST SAMPAI KAPAN PUN UMMA MU ADALAH SURGA MU!” teriak Albasyir, kedua tangannya mengepal kuat.

Sedangkan Harist hanya tersenyum getir melihat keduanya secara bergantian, dengan menyeka darah yang keluar di sudut bibirnya. Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan keduanya tanpa menjawab perkataan Abbanya.

***

Astaghfirullah Mas, kamu kenapa?” ucap Humaira, ia memegang sudut bibir Harist yang terluka.

“Mas gapapa sayang.” jawab Harist dengan suara yang terdengar pelan dan sangat lembut.

“Terus ini apa?” Humaira mengusap lembut sudut bibir Harist.

“Sakit,” lirih Harist, menatap wajah Humaira dengan tatapan sendu.

“Yaudah Humaira obatin dulu, tapi Mas nggak ada kotak P3K di sini. Ambil dulu di mobil gih Mas, maaf Humaira nggak bisa ambilin karna masih sakit habis lahiran.” ucap Humaira.

Harist menggenggam tangan Humaira yang mengelus lembut sudut bibirnya. “Bukan di sini.” lalu memindahkan tangan itu pada dadanya yang terasa sesak. “Tapi di sini,” lirih Harist, air matanya seketika mengalir.

“Mas kenap--”

Ucapan Humaira terjeda ketika suaminya tiba-tiba saja memeluk tubuhnya. Sebenarnya ada apa dengan suaminya ini?

 Sebenarnya ada apa dengan suaminya ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang