BAB | 6

2.4K 118 0
                                    

“Hahaha jadi lo masih ngarep sama si Ustadz sok kegantengan itu, sadar lo udah di sakitin sama dia!” ucapnya membuat Humaira mendengus kesal menatap sahabat laknatnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hahaha jadi lo masih ngarep sama si Ustadz sok kegantengan itu, sadar lo udah di sakitin sama dia!” ucapnya membuat Humaira mendengus kesal menatap sahabat laknatnya itu.

“Dia nggak nyakitin gue, gue nya aja yang terlalu berharap.”

“Lagian lo kocak, sikap kaya fir’aun pengen jodoh Ustadz Harist. Ngaca dulu Humaira sebelum suka sama cowok, yang imbang dikit sama lo.”

Humaira memutar bola matanya malas. “Tau ah gue males sama lo!”

“Gue itu baik udah nasehatin lo, biar lo sadar kalau Ustadz itu cocoknya sama yang Sholehah.” Yusuf menjeda ucapannya, lalu memegang bahu Humaira dan menatapnya lekat-lekat. “Nggak kaya lo Humaira, islam ktp doang, kerudungan masih kelihatan rambutnya. Kadang juga suka di lepas, lo tuh pake kerudung cuma karna takut kena marah Umi lo, coba kalau Umi lo nggak nyuruh lo pake kerudung. Mana mau lo kerudungan.” Lanjutnya, setelah itu Yusuf membenarkan kerudung segitiga yang di kenakan Humaira. “Pake kerudung itu sampe menutupi dada, ini juga rambut lo keluar-keluar. Mau gue beliin ciput?” ucapnya lagi, Yusuf memasukan anak rambut yang keluar ke dalam kerudung Humaira.

Humaira terdiam dengan perilaku sahabatnya, jarang sekali sahabatnya itu berbicara panjang lebar apalagi mengenai agama.

Dari kejauhan ada seseorang yang tengah memperhatikan Yusuf dan Humaira. “Mengapa sakit sekali rasanya ya Allah, padahal saya belum begitu mencintai Humaira. Wallahi saya tidak rela perempuan saya di sentuh oleh lelaki lain...” lirih Ustadz Harist, memandang keduanya dengan kedua mata yang begitu sendu.

Humaira mencubit gemas pipi Yusuf. “Ululu ternyata lo bisa dewasa juga ya Yusuf.”

Yusuf mendengus. “Kita beda dua tahun kalau lo lupa, tuaan gue jadi wajar gue lebih dewasa dari lo!”

“Iya abang Yusuf, adek Humaira paham.”

“Humaira lo sebenernya pernah suka sama gue nggak sih?” tanya Yusuf.

Humaira mengerutkan dahinya. “Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu?”

“Ya heran aja, kok lo tahan sahabatan sama gue yang di rebutin sama banyak cewek, cewek-cewek antri lho biar bisa deket sama Yusuf Gibran Rayhan yang gantengnya kebangetan ini.”

“Idih pede banget lo, lagi pula lo itu bukan tipe gue!”

“Emang tipe lo kaya gimana? Kaya Ustadz Harist, gue bisa kok rubah diri gue jadi mirip kaya Ustadz Harist.”

Humaira mencubit perut Yusuf. “Apaan sih lo, kaya yang suka sama gue aja, sampe rela-rela mau rubah diri kaya Ustadz Harist.”

“Mustahil sahabatan lama tapi keduanya nggak ada perasaan, wajar aja kalau gue suka sama lo.” Kali ini ucapan Yusuf serius.

“Ehm, udah ah gue mau balik dulu, udah mau magrib.” Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

“Yusuf ngomong apaan sih ngawur banget!” batin Humaira lalu turun dari tempat duduk Posnya.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang