BAB | 17

1.4K 36 0
                                    

“Hai Humaira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hai Humaira.” Sapa Renard—mantan Humaira, seulas senyum tipis tercetak di bibir Renard melihat penampilan Humaira yang telihat sangat berbeda. “Udah gue duga lo pasti ada di sini, by the way selamat hari kelulusan Humaira, lo sekarang kelihatan beda banget.” Kata Renard, cowok tampan dengan seragam putih abu di padukan dengan jaket kulit itu menatap Humaira kagum.

Saat ini mereka berdua tengah berada di balkon sekolah, tempat dimana Humaira ingin menyendiri.

Di balik cadarnya Humaira tersenyum, hingga terlihat jelas mata Humaira yang menyipit. “Thanks.” Ucap Humaira, setelah itu ia menundukkan kepala nya.

“Gue kangen sama lo, gue nyesel udah selingkuhin lo.” Wajah Renard yang tadinya berseri-seri menjadi sendu. “Pengin ngulang semuanya dari awal, jujur gue nggak bisa lupain lo, lo sangat berarti dalam hidup gue Humaira sangat  ... Maafin gue karna gue udah khianatin lo dulu.” Renard menatap Humaira dengan penuh ketulusan dan penyesalan.

“Cukup Nard, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi.”

“Lo udah lupain gue?” tanya Renard.

Humaira mengangguk, sebagai jawaban.

Renard tersenyum miring. “Gampang banget lo udah lupain gue, lupain hubungan kita yang udah berjalan dua tahun lamanya.”

“Untuk apa gue inget orang yang udah khianatin gue?”

Renard mengusap kasar wajahnya, telihat jelas wajah Renard sangat frustasi sekarang. “Gue tahu gue salah, please gue bisa perbaiki kesalahan gue maafin gue Humaira.”

Humaira memutar bola matanya malas. “Gausah gila!” bentak Humaira, berlalu pergi meninggalkan Renard.

Tak tinggal diam Renard mencekal pergelangan tangan Humaira. “Gausah sombong Humaira, lo udah jadi milik gue setelah gue ambil keperawanan lo.” Ucap Renard dengan enteng.

Astaghfirullah.” Gumam Humaira beristighfar. “Lepasin tangan gue, kita bukan mahram!” Humaira mencoba melepaskan cekalan Renard namun tidak bisa, bagaimana pun tenaga seorang lelaki itu lebih kuat dari tenaga seorang perempuan.

Renard tak peduli dengan  ucapan gadis itu, ia menarik tangan Humaira, menyeretnya dengan kasar hingga punggung Humaira menubruk tembok, mengunci gadis itu dengan kedua tangannya. “Sok suci, inget lo dulu pernah menikmati ketika gue sentuh tubuh lo.” Renard tertawa remeh.

Selain pengkhianat Renard juga toxic, ia selalu kasar dalam hal apapun kepada Humaira dulu.

Air mata Humaira luruh ketika mendengar ucapan kotor itu dari mulut Renard. “Jangan pernah bahas itu lagi!” Humaira menatap tajam wajah Renard, dengan air matanya yang mengalir deras.

Renard berdecih, satu tangannya menarik kasar cadar Humaira. “Gue sangat-sangat merindukan wajah cantik lo ini Humaira.” Renard mencengkram kuat dagu Humaira, hingga gadis itu mendongak menatap dirinya, setelah itu Renard mendekatkan bibirnya pada telinga Humaira. “Gue juga sangat merindukan tubuh lo.” Bisik Renard.

Kepincut Ustadz TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang