bab 5

2.6K 281 17
                                    

Pagi buta sebelum Becky pergi ke perusahaan dia menyempatkkan dirinya mengunjungi rumah kedua orang tuanya untuk membicarakan hal penting. Gadis itu berjalan cepat dan langsung menerobos menuju ruang tengah begitu ia sampai karena Becky tahu kebiasaan sang ayah yang suka membaca koran disana sebelum berangkat bekerja.


"Dad, Daddy!" panggil Becky cukup kencang. Semua yang ada dalam pikirannya hampir tumpah.


Tak lama ibu Becky dari arah dapur berjalan cepat dan menghampiri anak gadisnya dengan heran karena tiba-tiba datang sepagi ini tanpa pemberitahuan. "Becky putriku sayang, ada apa nak? Kenapa kau tidak memberitahu kami jika akan datang?"


"Mom, aku harus bicara dengan daddy sekarang."


"Ada apa sayangku?"


Becky mendesah pelan lalu bertanya, "apa daddy ada di ruang tengah?"


"Iya tapi dia sedang.."


Belum selesai ibunya bicara Becky segera melangkah menuju ruang tengah. Gadis itu tak tahu jika ayahnya sedang kedatangan tamu penting.


"Daddy ..."


"Becky tunggu sebentar," pinta sang ibu tapi Becky sudah melangkah jauh lalu memasuki ruang tengah.


"Daddy apa maksudnya dengan pertunangan? Kenapa daddy tak membicarakannya denganku dulu? Apa daddy ingin aku bertunangan dengan seorang gadis yang bahkan tidak kukenal? Kegilaan macam apa ini dad!?" ucap Becky kesal menumpahkan semua isi hatinya. Dia sangat membutuhkan penjelasan dari ayahnya.


"Apa .. maksudmu gadis yang tidak kau kenal nak?" tanya seorang pria paruh baya yang tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya yang membelakangi Becky. Dia berdiri menatap Becky penuh tanya.


"Bisa kau jelaskan ucapanmu barusan?" tuntut pria yang seumuran dengan ayah Becky.


Alis Becky berkerut lalu bertanya balik dengan sopan, "maaf tapi anda siapa?"


Pria itu berdehem lalu memutar tubuhnya menatap ayah Becky dan berujar lirih, "sepertinya kau harus menjelaskan semuanya padaku sebelum kita melanjutkan rencana kita."


"Maafkan aku khun, sebenarnya aku mengundangmu kemari untuk membicarakan hal ini. Maafkan aku, aku masih berhutang penjelasan padamu," ucap ayah Becky.


"Kalau begitu bicaralah dengan putrimu dulu dan mari kita bicara lagi lain waktu," ujar pria asing itu lalu melangkah menuju Becky yang masih berdiri ditempatnya.


"Becky ayo berikan salam pada Khun panit. Dia teman daddy," ujar ayah Becky dan becky segera mengangkat tangannya memberikan salam untuk pria itu.


Pria itu tersenyum lalu menepuk lembut lengan Becky. "Senang bertemu denganmu lagi. Kau tumbuh dengan baik dan semakin cantik," puji pria tua itu dengan senyuman ramah.


"Terimakasih atas pujiannya. Tapi bolehkan aku bertanya? Apa kita pernah bertemu?" Becky masih penasaran sebab pria itu bersikap seolah sangat mengenalnya.


Pria itu kini berhenti tersenyum dan bertanya dengan sungguh-sungguh, "apa kau sungguh tak mengenaliku?"


Becky menggeleng. "Maafkan aku tapi aku tidak tahu siapa anda."


Pria itu hanya menghela napas lalu kembali mengusap pundak Becky lembut meski nampak ada raut kekecewaan dalam matanya. "Lain kali datanglah ke rumah paman untuk makan malam bersama ayah dan ibumu. Seseorang yang menunggumu pasti akan sangat senang melihatmu."


Dahi Becky berkerut tak memahami maksud pria itu. Seseorang? Siapa?


"Kalau begitu aku permisi dulu," ujar pria itu lalu melangkah pergi.


"Becky ayo antar Khun Panit ke depan," ucap ayah Becky lalu bergegas mengikuti temannya keluar.


Becky yang semakin kebingungan hanya bisa menggeleng lemah lalu mengikuti perintah ayahnya untuk mengantar pria itu sampai ke depan.


Tak sampai lima menit Becky bersama kedua orang tuanya berdiri di depan rumahnya bersama Khun Panit yang sebentar lagi akan kembali ke kantornya.


"Terimakasih telah berkunjung ke rumah kami khun," ujar ibu Becky.


"Tidak, aku yang harus berterimakasih pada kalian karena sudah mengundangku dan menghidangkan makanan lezat. Terimakasih banyak."


"Kami sungguh merasa terhormat dengan kedatanganmu. Dan berhati-hatilah saat mengemudi," ucap ayah Becky dan Khun Panit menganggukkan kepala.


Khun Panit mengarahkan tatapannya pada Becky lalu bertanya, "Becky, aku dengar kau bekerja di Sammon entertaiment? Benarkah itu?"


Becky menggangguk dan menjawab, "iya tapi saya masih baru beberapa hari bekerja di sana."


"Oh itu bagus sekali," ujar Khun Panit tampak senang. "Apa kau mau kuantar kesana? Kebetulan kita satu arah. Bagimana?"


"Ooh .. tidak perlu paman," tolak Becky sopan. Lagipula dia masih harus bicara dengan ayahnya tentang masalah pertunangan.


"Umm .. baiklah. Kalau begitu sampai jumpa di lain waktu."


Becky mengangguk lalu tangannya memberi salam pada pria yang lebih tua itu dan orang itu membalas salam mereka sebelum memasuki mobilnya. Namun baru saja pria itu menyentuh gagang pintu mobil, suara seorang gadis mengalihkan perhatiannya.


"Becky!" panggil seorang gadis yang baru saja datang dan membuat keempat orang disana menoleh secara bersamaan.


"Ms. Freen?"


"Freen .."


Tatapan Freen yang tadinya hanya terarah pada Becky seorang kini bergerak menuju seorang pria berjas hitam yang berdiri dekat mobil dan kedua matanya tampak terkejut saat mengenali siapa pria itu.


"A-ayah?" panggil Freen heran sekaligus terkejut.


Mata Becky seketika terarah pada pria dihadapannya dan semakin tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.


"Ayah?" gumam Becky penuh tanya.


Tunggu? Mengapa ayah dari atasannya datang ke rumahnya?


Ada apa ini sebenarnya?

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang