Freen duduk termenung di samping ranjang Becky. Gadis itu masih saja terlelap setelah mendapat perawatan di rumah sakit. Beruntung gadis itu hanya mengalami kaki terkilir dan luka luar. Tak ada yang serius sampai harus menghadapi dinginnya meja operasi.
Suanasa kini begitu sepi, hanya ada keduanya dengan suara detak jantung gadis blasteran itu yang terdengar dari mesin medis. Pandangan Freen kemudian bergerak dari tangan hingga ke wajah becky yang memiliki beberapa luka gores dan tangannya terulur untuk menyentuh wajah Becky.
Tapi hatinya sesak melihat gadis itu terbaring tak berdaya dan ia menyalahkan dirinya atas kejadian hari ini. Andai saja dia menghubungi Becky lebih cepat, andai saja dia tidak terlambat datang maka Becky pasti tak akan terluka.
Andai saja ...
Tangan Freen berhenti ketika sejengkal lagi ia berada di wajah Becky. Freen menghela napas dengan sedih.
“Maafkan aku ..” gumam Freen lirih dengan kepala tertunduk.
Sejak awal ketika mereka kembali bertemu, hatinya dipenuhi rasa marah dan kekecewaan karena gadis bersikap seolah mereka hanyalah orang asing. Dalam kepalanya selalu terpikirkan untuk membalas dendam pada gadis ini. Freen ingin membuat Becky merasakan rasa sakit yang sama.
Akan tetapi ...
Hari ini ketika melihat gadis ini terluka, hatinya tak sanggup. Hati Freen terlalu lemah untuk menyakiti Becky. Jadi sekali pun saat ini mereka akan tetap bersikap seperti orang asing yang tak sengaja berpapasan, Freen akan berusaha tak terluka.
Kini Freen ingin membuang sikap kekanak-kanakan dalam dirinya dan hanya akan mengamati gadis itu dari tempat yang jauh.
Freen kemudian memilih beranjak dari tempat duduk karena dia sudah menghubungi Irin untuk menemani Becky malam ini di rumah sakit dan Heng untuk mengurus kekacauan ini. Dia tak akan membiarkan rumor apapun menerpa Becky. Freen tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti gadis itu.
Bahkan meski ia barada ditempat yang jauh, Freen akan tetap berdiri untuk melindungi gadis itu. Bagaimana pun caranya.
Namun baru satu langkah kaki Freen bergerak, mendadak tangan Becky terulur meraih lengan baju Freen yang mengejutkan gadis berambut panjang itu.
“B-becky kau sudah sadar? Kau bisa mendengarku?” tanya Freen cemas.
Becky membuka sedikit matanya dan melihat bayangan seorang gadis yang selalu menemani mimpi panjangnya di setiap malamnya yang sepi. Dia melihat gadis itu tersenyum manis kearahnya dan ia sungguh tak ingin kehilangan orang ini. Hatinya berdebar sakit ketika membayangkan hangatnya tangan gadis itu akan pergi.
“Becky,” panggil Freen lembut.
“Jangan pergi, kumohon ..” pinta Becky dengan suara lirih dan menahan kantuk karena tadi sore dokter telah menyuntikkan obat.
Freen menurunkan tatapannya, memandangi tangan gadis itu yang mencengkram ujung lengan bajunya. Dan Freen tak lagi bergerak. Sejenak gadis itu berpikir, jika .. dia meraih tangan itu, akankah hidupnya kembali hancur?
Ataukah?
“Jangan pergi, jangan ...”
Freen menghela napas pendek. Dia akhirnya meraih tangan Becky, memberikan genggaman tangan yang erat namun tak menyakiti.
“Tidurlah, aku akan tetap disini,” ungkap Freen lembut dan sesaat kemudian mata gadis blasteran itu kembali terlelap.
Sedang Freen tetap di sana, berdiri disamping ranjang Freen dengan tangannya menggenggam Becky. Dan tak sejangkal pun gadis itu beranjak dari sana hingga beberapa waktu. Hingga akhirnya seseorang mendadak menerobos masuk tanpa permisi yang mengejutkan keduanya.
Freen segera melepas genggaman tangannya dan menjauh dari Becky dengan kikuk. Sedang pria tinggi yang mematung di dekat pintu seketika memalingkan wajahnya dan cukup terkejut melihat pemandangan di depannya. Seorang Freen tengah menggenggam tangan artis baru mereka, apa yang sedang terjadi di sini? Heng sedikit heran.
“Umm maaf, aku akan kembali nanti saja kalau begitu,” ujar Heng lalu ia memutar tubuhnya dan keluar dari ruangan Becky.
Tak lama Freen menyusul keluar dan menemui Heng yang berdiri di dekat pintu, hendak mengintip.
“O-oh Freen, aku tak mengira kau disini. Apa kau sejak tadi menemani Becky?” tanya Heng begitu melihat Freen mendekat. Pria tinggi itu ingat jika pagi ini dia menelpon Freen untuk mengabari tentang Becky tapi gadis itu memutus panggilannya sebelum ia selesai bicara. Lalu seharian Ceo-nya ini ikut menghilang dan tiba-tiba dia di sini, menjaga Becky.
Freen berdehem lirih lalu bertanya balik, “apa kau sudah membereskan masalah hari ini?”
“Tenang saja, aku sudah meminta pihak majalah untuk menunda wawancara. Aku juga sudah menghubungi produser drama dan mereka memahami kondisi Becky saat ini.”
“Lalu dimana manajernya?”
“Dia bilang sedang dalam perjalan kemari. Irin akan segera datang.”
Freen menghela napas lega. “Syukurlah kalau begitu. Tapi ada satu hal lagi yang harus kau lakukan.”
“Apa?”
“Katakan pada manajernya untuk setiap satu jam sekali memberiku kabar tentang Becky.”
Alis Heng berkerut. “Hm? Setiap satu jam?”
“Kenapa wajahmu terkejut seperti itu?”
“A-ah tidak, tidak apa-apa.”
“Ingat Heng, sampaikan perintahku pada manajernya,” pesan Freen sekali lagi.
“Iya, aku mengerti.”
“Kau sudah bekerja keras hari ini, terimakasih,” ungkap Freen lirih lalu ia beranjak dari tempatnya.
“Freen,” panggil Heng tiba-tiba dan Freen berhenti.
Gadis itu berbalik dan bertanya, “ada apa?”
“Sebelum datang kemari aku sudah datang ke kantor polisi untuk mengetahui informasi tentang Becky, tapi ..” ucapan Heng terdengar tak yakin.
Freen bersendekap tangan. “Ada apa Heng?”
“Mereka mengatakan jika ada warga setempat yang menemukannya.”
“Hm, itu juga yang kudengar. Lalu kenapa?”
“Tapi selain itu, aku ada seorang warga yang mengatakan jika ada gadis berambut panjang berpakaian modis bahkan rela turun untuk menyelamatkan Becky. Gadis itu seakan tak peduli dengan keselamatannya sendiri."
Freen berdehem lirih lalu menyangkal, "bicara apa kau ini? Aku sibuk sekarang, aku harus segera kembali ke kantor."
"Tunggu Freen,"
"Astaga! Mau bicara omong kosong apa lagi kau ini?" bentak Freen kesal.
"Ada satu hal yang lebih mengejutkan lagi dari cerita yang kudengar. Warga itu mengatakan padaku jik mereka .. berciuman,” ungkap Heng lalu suasana senyap seketika. Freen seperti kehilangan napasnya ketika mendengar penuturan pria jangkung itu.
Sedang Heng, ia diam sejenak untuk melihat reaksi gadis dihadapannya sebelum ia melempar pertanyaan yang tak kalah mengejutkan.
“Freen, apakah itu kau?”
Dan Freen hanya membeku ditempat. Akan tetapi raut mukanya seakan mengatakan segalanya. Dihadapan Heng, sekarang tak ada lagi tempat bagi Freen untuk bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ms. CEO
FanfictionBecky adalah artis pendatang baru yang memiliki semangat besar untuk menggapai harapannya menjadi mega bintang. Akan tetapi pertemuannya dengan Freen, seorang CEO agensi tempat Becky bekerja seperti merangkap Becky dalam dunia baru penuh teka-teki...