bab 17 sorry

2K 276 38
                                    

“Freen, mau kau bawa kemana tunanganmu malam-malam begini?”

Langkah Freen seketika terhenti dan ia mematung. Butuh waktu beberapa detik baginya untuk mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tunangan? Apa dia tak salah dengar?

“A-apa? Tu .. nangan?”

“Ms. Freen,”panggil Becky lirih.

Pandangan Freen bergerak kearah Becky dan tak lama dahi Freen berkerut saat melihat ketenangan yang ada dalam diri Becky. Freen bingung saat menatap mata Becky karena merasa ada sesuatu yang disembunyikan gadis dihadapannya ini.

“Tunggu, situasi macam apa yang sedang kulihat ini? Apa disini hanya aku satu-satunya yang tak tahu?” tebak Freen dan ia menatap Becky yang hanya diam tanpa ada perdebatan.

Becky tak bisa menjawab dan berhasil membuat Freen merasa sangat kecewa. Secara perlahan kekuatan genggaman tangan Freen pada Becky memudar hingga akhirnya genggaman itu terlepas. Gadis dingin itu menatap Becky dengan tatapan penuh amarah.

“Kenapa kau hanya diam saja?”

“Ms. Freen, aku juga sama terkejutnya denganmu. Tapi ..”

“Kau menikmatinya?”

“Maaf? Apa maksud anda?”

“ApaMs. Freen kumohon biarkan aku menjelaskan semuanya.”

“Jadi inikah tujuanmu sebenarnya? Aku sungguh tak menyangka kau bisa melakukan ini padaku,” ucap Freen kesal merasa telah dipermainkan oleh Becky.

Ayah Freen berjalan mendekat lalu ia berbicara pada Becky. “Tak kusangka kita akan bertemu dalam situasi seperti ini. Dan Freen ...” pria paruh baya itu mengalihkan tatapannya pada Freen. “Ayah juga tak menyangka jika kau telah menemui Becky sendiri. Kupikir kau sungguh-sungguh menolak pertunangan ini tempo hari.”

Freen melempar tatapan marah pada sang ayah dan Becky lalu berujar dingin, “Tunangan? Tck, permainan konyol apa lagi ini? Apa kalian sangat senang sekarang?” ungkap Freen dengan tatapan muak dan setelahnya Freen bergegas pergi dari sana. Pergi dari segala kekacauan yang menyelimuti hidupnya.

“Freen! Ayah belum selesai bicara! Freen!” pria paruh baya itu hendak mengejar Freen namun Becky segera menahannya.

“Paman, aku akan bicara dengannya,” ujar Becky dan pria itu hanya mengangguk lemah.

“Baiklah, tapi tolong jaga putriku. Dia tampak sangat terkejut.”

“Iya paman, tolong jangan khawatir,” kata Becky lalu ia memberi salam pada ayah Freen dan bergegas mengejar Freen.


**


Di tempat parkir apartemen Freen berjalan cepat menuju mobilnya. Dia hanya ingin segera pergi dari sana, tak ingin melihat ayahnya maupun Becky. Freen tak habis pikir, kenapa mereka bisa mempermainkan hidupnya? Bagaimana bisa Becky melakukan ini padanya setelah apa yang dilakukan gadis itu padanya?

“Ms. Freen! Ms. Freen tunggu!” teriak Becky sambil berlarian. Gadis itu mempercepat larinya dan tak lama ia berhasil meraih pergelangan tangan Freen.

“Ms. Freen biarkan aku .. hosh .. hosh ...” napas Becky tersengal ketika ingin menjelaskan namun Freen dengan cepat menepis tangan Becky.

“Aku tak ingin bicara apapun denganmu, pergilah,” ucap Freen ketus.

“Kumohon dengarkan aku sebentar saja,” ujar Becky dengan lembut.

“Pergi,” pinta Freen lirih, merasa frustasi dengan hanya melihat gadis itu. Dia sungguh ingin sendirian saat ini.

“Ms. Freen, aku mohon kita perlu meluruskan kesalahpahaman ini,” pinta Becky memelas. Dia tak mau Freen membencinya. Becky bahkan akan membatalkan perjodohan ini karena dia juga tak mengingingkannya.

“Menjelaskan apa lagi hah? Apa setelah hari itu, kau belum cukup puas? Sebanyak apa kau akan membuatku menderita? Kenapa kau tak tahu malu!? Padahal sudah banyak hal yang harus kulalui sampai aku bisa berdiri dihadapanmu seperti saat ini! Tapi kenapa kau melakukan ini? Seberapa besar kau ingin menghancurkan hidupku!?” teriak Freen marah, dia tak lagi bisa mengontrol perasaannya. Dia menumpahkan semua amarahnya pada gadis didepannya yang diam membeku. “Jadi kumohon pergilah dari hadapanku!” teriak Freen keras. Dia bahkan hampir menangis karena hatinya sakit.

“Miss Freen ... a-aapa maksud ucapan anda barusan? Aku paham kau begitu kecewa karena pertunangan ini tapi kenapa kau mengatakan kata-kata menyakitkan itu padaku? Aku ...”

“Pergilah, aku bilang pergi!” bentak Freen masih dipenuhi amarah namun Becky tak bergeming dari tempatnya. Freen pun mendesah kesal lalu berujar, “Kau tahu .. apa yang sangat kusesali dan kubenci dalam hidupku saat ini? Itu adalah bertemu denganmu lagi,” ujar Freen dingin dan tajam, menusuk tepat dalam hati Becky.

“Ini sudah cukup bagiku. Jadi mari hentikan saja dan pergilah, aku mohon ...”

Becky terdiam ketika mendengar kalimat tajam yang menusuk dadanya, terasa menyakitkan hingga Becky tak mampu bersuara lagi. Perkataan Freen sangat menyakitkan dan pada akhirnya Becky membiarkan Freen melangkah pergi.

Hingga beberapa saat Becky masih berdiri menatap punggung gadis itu yang kian jauh dan tanpa Becky sadari setetes air mata jatuh menetes. Dadanya terasa sakit namun Becky segera mengusap air matanya. Akan tetapi saat punggung gadis itu kian menjauh, dadanya semakin sesak. Perasaan yang luar biasa menyakitkan ini, seolah ia pernah mengalaminya.

Sekarang menghirup udara saja terasa menyakitkan. Becky merasakan sendi tubuhnya melemah dan tiba-tiba kepalanya terasa pening. Tapi gadis itu berusaha tetap berdiri tegak.

Ngiiing ...

‘Kau menikmatinya?’

‘Tidak, Phi Freen! Kau salah paham! Tolong dengarkan aku!’

‘Pergi! Pergi dari hadapanku!’

‘Phi Freen, kumohon ...’

‘Kalau begitu biarkan aku yang pergi dan aku harap sampai aku mati, kita tak pernah bertemu lagi.’

‘Tidak! Jangan lakukan ini Phi Freen! Aku mohon Phi Freen, jangan pergi!’

‘Kau tahu? Apa yang paling kusesali dalam hidupku saat ini? Itu adalah kau, karena aku bertemu denganmu Beck!’

Nggiiiing ...

Becky merasakan kepalanya berdenyut menyakitkan seperti ada yang menghantamnya bertubi-tubi sampai ia mencengkram kepalanya erat. Keringat dingin membanjiri wajahnya dan napasnya kian tak beraturan. Tapi yang ada dalam pikirannya hanya satu gadis itu.

Freen Sarocha.

Becky berusaha melihat Freen namun sosok gadis itu tak lagi jelas, pandangan Becky buram.

“Phi Freen ...” panggil Becky parau dan lirih. Becky berusaha melangkah kembali, berharap ia bisa menggapai gadis itu. Dia tak bisa kehilangan gadis itu. Dia tak bisa. Becky tak sanggup kehilangannya. Dia akan menjelaskan semuanya dan mengakhiri kesalahpahaman diantara mereka.

TIIIIN ...!

Tapi tiba-tiba dari arah depan ada sebuah mobil yang langsung menekan klakson dan menginjak rem dalam-dalam ketika melihat Becky berada ditengah jalan.

Sedang Becky yang terkejut karena suara klakson dan sorot lampu mobil yang menyilaukan itu dia langsung menahan napas dan mendadak seluruh tubuhnya diselimuti perasaan takut. Kilasan malam itu dengan cepat berputar dikepalanya, saat sebuah mobil berjalan cepat dan menghantam tubuhnya.

Bruk!

Becky pun pingsan. Dan tak lama Freen menahan langkahnya, memutar tubuhnya dengan cepat dan betapa terkejutnya ia melihat Becky tergelatak didepan sebuah mobil. Tanpa menunggu lagi, Freen segera berlari pada gadis itu.

“Becky, kau bisa mendengarku? Buka matamu beck! Becky ini tidak lucu!” ucap Freen dengan suara bergetar sembari menepuk wajah Becky namun gadis itu tak bergerak. “Becky apa kau bisa mendengarku? Ayo buka matamu! Becky!”

“Apa dia baik-baik saja? Aku tidak tahu kenapa dia bisa pingsan tapi demi Tuhan, mobilku sama sekali tidak menyentuh tubuhnya,” ujar seorang pria pemilik mobil tadi yang segera menghampiri keduanya.

Freen menatap pria itu dengan mata menyala penuh amarah hendak mengeluarkan sumpah serapahnya karena membuat gadisnya pingsan. Namun tiba-tiba tangan Becky menyentuh wajahnya sehingga Freen segera mengembalikan pandangannya pada Becky.

“Becky kau tidak apa-apa? Dimana kau terluka? Apa kau bisa mendengarku?”

Dalam berberapa detik Becky hanya membisu dengan tangannya yang gemetar, ia mengusap pipi Freen lembut. Lalu air mata kembali jatuh menetes jatuh. “Maafkan aku, maaf, aku sungguh minta maaf. Maafkan .. aku ...” ungkap Becky lirih dan setelahnya gadis blasteran itu kembali pingsan.

“Becky kau kenapa? Tidak! Jangan tutup matamu lagi! Becky!”

“Nona apa dia baik-baik saja? Tunggu, akan kupanggilkan ambulans,” ujar pria itu dan bergegas merogoh kantong celananya mencari ponselnya.

“Tidak perlu,” ucap Freen kemudian merengkuh tubuh Becky dalam gendongannya dan membawa gadis itu dengan cepat ke mobilnya.

Ketika mereka sudah didalam mobil, Freen segera mengemudikannya menuju rumah sakit terdekat. Selama perjalan itu Freen tak berhenti berdoa agar gadis itu baik-baik saja. Dan selama itu pula ia tetap menggenggam tangan Becky dengan erat.

Hati Freen memang sangat terluka, tetapi melihat Becky terluka, ia tak sanggup. Itu lebih menyakitkan dari apapun.

**

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang