bab 6

2.7K 272 19
                                    

Siang hari ini begitu terik seakan mengisyaratkan betapa panas hati Freen saat ini. Seberapa keras ia berpikir tapi tak ada satu hal pun yang bisa ia mengerti.

Kenapa ayahnya datang ke rumah Becky pagi tadi? Apa yang sedang terjadi?

Freen menggigit bolpoin dalam genggamannya, suatu kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika dirinya gelisah. Sejak pagi dia tak bisa fokus bekerja. Bahkan semua orang yang ada di ruang meeting begitu diam mengamati Freen yang sibuk dengan isi pikirannya sendiri.

“Nyonya bos,” panggil Heng yang duduk tak jauh dari Freen.

“Hm?” sahut Freen singkat masih memainkan bolpoin ditangannya.

“Itu .. bagaimana pendapat anda tentang saran tim pemasaran barusan?” tanya Heng sekali lagi.

“Huh?” Freen segera meletakkan bolpoinnya lalu melihat sekeliling dan barulah gadis itu menyadari jika semua orang tengah menunggu jawaban darinya, juga menatapnya heran.

Freen berkedip cepat dan mencoba mengembalikan dirinya agar kembali fokus bekerja. Tapi sialnya dia tak tahu mereka sedang membahas apa. Jadi gadis itu hanya berdehem dan menjawab asal. “Lakukan saja yang terbaik. Atau buatlah proposal dan berikan padaku besok. Aku akan memutuskannya nanti,” ucap Freen.

“Tapi itu ..” belum selesai Heng bicara tapi Freen bangkit dari tempat duduknya. “Nyoya bos kau mau kemana? Rapat masih belum selesai.”

Freen menatap Heng sekilas lalu menatap para pegawai dan berujar tegas, “kita sudahi rapat hari ini. Jika ada yang perlu dibahas kita adakan meeting besok pagi. Jadi apa masih ada yang perlu kalian tanyakan?”

Hampir semua orang disana menggelengkan kepala. Tampak tak ada seorang pun yang ingin berdebat dengan bos mereka yang begitu dingin dan tak tersentuh.

“Kalau begitu rapat kita cukup sampai di sini,” perintah Freen lalu melenggang keluar sehingga beberapa orang tampak menghela napas panjang, menetralkan suasana intens yang mencengkram sejak satu jam lalu.

Sedang Heng yang tadi terus memperhatikan sikap Freen yang tak biasa segera menyusul keluar.

“Freen!” panggil Heng. Pria tinggi itu berlari kecil agar bisa menyusul Freen dan saat mereka hampir sampai di ruangan Freen, Heng meraih tangan Freen untuk menghentikan gadis itu sejenak.

“Tck, jaga sikapmu Pak Heng! Kita sedang di kantor!” ucap Freen kesal sembari menepis kasar tangan Heng.

“Aku hanya khawatir padamu. Apa kau baik-baik saja?”

“Tidak ada yang perlu kau cemaskan jadi kembalilah bekerja.”

Heng menaikkan sebelah alisnya. Dia tahu gadis itu sedang menyangkal. “Sungguh? Tapi kuperhatikan sejak tadi kau terus melamun? Temanmu ini bisa membantumu jika kau butuh sesuatu.”

Freen diam. Dia teringat kembali pertemuannya pagi ini dengan ayahnya yang berada di rumah Becky. Untuk apa sang ayah kesana? Dan kenapa harus Becky.

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang