bab 23 - skandal

2.1K 176 10
                                    

Hari sudah gelap, seorang pria berpakaian serba hitam dan mengenakan topi serta masker hitam tengah duduk di sebuah warnet. Pria itu sengaja datang tengah malam agar suasana disana tak terlalu ramai sehingga tak ada yang tahu identitasnya.

Pria misterius itu sejak tadi begitu sibuk dengan komputer di depannya. Bahkan terlihat sangat serius ketika dirinya memandangi foto seorang gadis cantik berwajah blasteran yang terpampang didepannya.

Pria itu mengetuk-ngetuk pelan jarinya diatas meja, kebiasaan saat pria itu sedang berpikir keras. Sedetik kemudian tangan itu berhenti mengetuk meja. Tangan pria itu bergerak menyentuh wajah gadis disana. Gadis yang luar biasa cantik dengan senyuman yang menawan. Sungguh membius pria itu dalam sekejap.

"Tak akan kubiarkan kau menjadi milik orang lain jika kau tak bisa kumiliki," gumamnya lalu tanpa ragu dia mengirim beberapa foto milik artis tersebut ke sebuah forum diskusi online.

Pria itu tertawa kecil dibalik maskernya lalu merogoh ponsel di celananya dan menghubungi seseorang.

"Kau bisa melihatnya sekarang. Aku harap kau menyukai hadiah kecil dariku," ujarnya lirih lalu menutup teleponnya sebelum lawan bicaranya membalas ucapannya.

Sejenak dia memandangi layar ponsel miliknya yang masih tertera nama seseorang, seorang wartawan gosip yang terkenal menyukai berita panas.

Tak lama pria itu menghapus akun miliknya, mematikan komputer dan bergegas pergi dari warnet tersebut. Pria itu kembali memasang hoodie miliknya agar wajahnya dibalik topi sulit dikenali. Dia tak sabar berita besar yang akan menggemparkan itu segera muncul di publik.

* *

Di sebuah studio pemotretan, Becky sibuk berpose didepan kamera. Gadis itu tampak cantik sekaligus elegan. Hampir tiga puluh menit Becky berpose didepan kamera untuk pemotretan majalah terbaru yang akan dirilis bulan depan.

"Bagus, ini yang terakhir. Berikan aku pose terbaikmu Beck," pinta sang potografer dan Becky mulai berpose.

"Oke selesai!" teriak si potografer yang langsung mendapat tepuk tangan semua yang ada di ruangan.

"Bagus sekali Bec, kamu sudah bekerja keras," puji si potografer yang memiliki gaya sedikit kemayu.

"Terima kasih, anda juga sudah bekerja keras. Aku sangat yakin hasilnya akan sangat luar biasa jika kau yang memotret," ujar Becky tanpa meninggalkan senyumannya. "Kalau begitu sampai jumpa lain waktu, saya masih ada janji."

"Oh iya, silahkan."

Becky segera berpamitan dengan semua staf yang ada di sana lalu berjalan menghampiri Irin yang berdiri didekat pintu keluar berjejer dengan beberapa pria besar.

"Kita sudah selesai," ucap Becky yang langsung mendapat tanggapan dari Irin.

"Sepertinya kau tak sabar ingin segera pulang, iyakan?" ledek Irin.

Becky tertawa kecil sambil berlalu pergi dan Irin segera mengikuti gadis itu hingga kedalam mobil van hitam sedang para pengawal tadi menaiki mobil dibelakangnya.

"Apa kau sudah tak marah padaku lagi Irin?" tanya Becky saat keduanya sudah didalam mobil.

Irin menghela napas. Sejujurnya dia masih marah. Tapi Mau bagaimana lagi?

"Untuk apa aku marah padamu. Lagipula kau sudah menceritakan semuanya padaku. Aku hanya merasa belum terbiasa saja. Karena .. sejak mengenalmu, aku tak pernah melihatmu berkencan. Tapi sekarang kau bahkan diam-diam sudah punya tunangan. Bahkan kalian bekerja dalam satu perusahaan. Itu sungguh luar biasa."

"Maafkan aku Irin, aku sungguh tak berniat menyembunyikannya dari awal. Kupikir aku bisa menangani ini dengan baik," ujar Becky masih merasa bersalah pada Irin.

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang