Di rumah keluarga Freen, sang ayah tampak sibuk di ruang kerjanya. Pria itu memang selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja bahkan ketika sudah berada di rumah. Tapi tak lama ia berhenti membaca laporan keuangan perusahaan dan meraih ponselnya.
"Halo khun, tolong siapkan mobilku," pintanya pada supir pribadinya.
'Baik tuan.'
Setelah mendengar jawaban pria tadi, ayah Freen segera beranjak dari ruang kerjanya. Tapi begitu dia sampai didepan pintu ruang kerjanya dia mendapati sang istri yang sudah berdiri dengan sebuah nampan berisi teh ditangannya.
"Suamiku, kau mau kemana? Bukankah kau baru pulang?" tanya ibu Freen. "Aku sudah membuatkan teh untukmu."
"Letakkan saja di ruanganku, aku akan segera kembali," perintahnya lalu kembali melangkah.
"Apa kau mau menemui putri kita?"
Pria paruh baya itu berhenti lalu menghela napas pendek sebelum berbalik menatap sang istri. Wanita yang sudah menjadi pendamping hidupnya itu memang pintar membaca pikirannya.
"Aku ingin membicarakan hal penting dengannya," ungkap sang suami.
Wanita yang memiliki paras secantik Freen itu tersenyum lalu berjalan mendekati suaminya. "Ajaklah dia pulang, aku juga merindukannya."
Ayah Freen menghela napas lagi. Akan sulit untuk memenuhi permintaan istrinya karena hubungan mereka yang tak baik-baik saja.
"Kumohon suamiku .." pinta ibu Freen memelas.
Ayah Freen mengangguk pelan dan kembali menghela napas. "Akan kucoba membujuknya makan malam disini. Semoga saja dia mau," jawabnya lalu melangkah pergi tanpa mengakatan apapun lagi.
Demi sang istri, dia akan mencoba membujuk Freen nanti dan ia berharap anak gadisnya itu mau mendengarkannya kali ini. Karena bukan hanya istrinya saja yang merindukan gadis kecilnya. Dirinya pun juga merindukan gadis itu, putri satu-satunya yang ia cintai.
**
Sore ini Freen mengemudikan mobilnya menuju rumah Becky. Sesekali dia memainkan jemarinya diatas setir mobil untuk meredam rasa gugupnya. Entah mengapa dia yang mengajak gadis itu ke rumahnya tapi dirinya sendiri yang gugup. Hatinya berdebar.
Drrrt ...
Ponsel Freen bergetar ketika sebuah panggilan masuk. Gadis itu melirik ponselnya sekilas dan menghela napas panjang lalu segera membalik ponselnya dan hanya mengabaikan panggilan itu.
Sikap Freen memang keras kepala tapi tak ada niatan jahat dalam hatinya. Dia hanya sedang enggan berbicara dengan sang ayah. Freen membutuhkan kekuatan lebih jika harus berhadapan dengan ayahnya. Dan saat ini bukanlah waktu yang tepat.
Tak lama Freen menginjak pedal gasnya lebih dalam, ia ingin segera sampai di rumah Becky agar gadis itu tak terlalu lama menunggu.
Sepuluh menit berselang mobil putih Freen berhenti tepat di depan rumah Becky. Namun ia tak segera turun dan hanya memandangi rumah itu.
"Lucu sekali, rasanya sekarang aku seperti sedang wisata masa lalu. Freen .. kau memang bodoh," gumam Freen sambil menghela napas. Dia merasa bodoh karena harus kembali ke tempat ini padahal hubungan mereka telah lama berakhir. Entah sihir apa yang digunakan Becky untuk memperdayanya seperti ini?
Tak lama Freen mengambil ponselnya dan menelpon Becky. "Kau dimana? Aku sudah didepan rumahmu," ujar Freen datar.
'Baik Ms. Freen tolong tunggu sebentar,' jawab Becky lalu percakapan mereka berakhir.
Tak sampai lima menit Becky keluar dari rumah dan berjalan menuju mobil Freen yang telah terparkir didepan rumahnya. Namun alis Freen berkerut dalam saat ia mendapati cara berpakaian Becky yang terlalu minim. Yeah, terlalu seksi. Dan itu tidak benar!
"Tck! Dasar gadis itu!" gumam Freen sebal lalu mengambil selimut di jok belakang dan keluar.
"Selamat malam Ms. Freen," sapa Becky dengan senyuman tapi tak ada jawaban dari Freen.
Gadis berambut hitam panjang itu melangkah secepat kilat tanpa ada senyuman dan segera menyelimuti bahu Becky dengan selimut kuning miliknya.
"Ms. Freen apa yang ..."
"Bahumu terlalu terbuka nona Becky! Apa kau sengaja ingin menarik perhatian para stalker? Kau ini seorang artis sekarang," ucap Freen kesal.
"Tapi Ms. Freen, selimut ini sangat tidak cocok dengan style bajuku dan .." gerutu Becky sembari tangannya hendak melepas selimut yang menyampir dipundaknya tapi cepat-cepat tangan Freen menangkap tangan Becky, menahan gadis itu membuka selimutnya.
Sesaat Becky terdiam dalam rasa terkejut karena tangan hangat itu mengenggam tangannya erat dan mata mereka bertemu dari jarak sedekat ini. Rasanya debaran itu selalu hadir memenuhi Becky. Tapi sedetik kemudian Becky menarik dirinya menjauh.
"Ekhem!" Freen berdehem ketika suasana berubah canggung. Freen mengalihkan tatapannya tapi meski begitu, gadis itu kembali memperingatkan Becky dengan tegas. "Nona Becky, aku bos-mu dan jika kau melepas selimut itu dari tubuhmu maka aku akan memecatmu!"
"Apa?"
"Lagipula udara menjelang malam hari sangat dingin tapi kenapa kau harus memakai baju terbuka seperti ini? Apa kau anak kecil hah!?"
"A-apa? Ms. Freen apa kau tidak keterlaluan padaku?"
"Tidak, jadi pakai saja dan berhenti mengomel. Ayo masuk ke mobil," ujar Freen lalu melangkah pergi lebih dulu menuju mobilnya.
Sedang Becky masih ditempatnya dan menatap kesal Freen. "Tck tck, dasar wanita aneh. Sikapnya sangat sulit ditebak. Dasar aneh," gumam Becky tapi akhirnya dia mulai mengikuti Freen dan membiarkan selimut itu tetap menyelimuti tubuhnya.
Namun baru beberpa langkah kaki Becky bergerak, mendadak gadis blasteran itu berhenti karena tiba-tiba saja Freen memutar tubuhnya dan berjalan cepat kearahnya.
"A-ada apa lagi Ms. Freen?" tanya Becky antara heran dan penasaran.
Freen kembali berdehem lirih lalu ia mengulurkan tangannya untuk Becky.
Alis Becky berkerut. "Hm? Kenapa Ms. Freen?" tanya Becky polos. Becky kira Freen hendak meminta sesuatu darinya.
Freen membalas tatapan Becky dengan ekspresi kesal. "Pegang saja tanganku dan jangan banyak bertanya. Ayo cepat!" kata Freen ketus. Namun sejujurnya dia hanya tak mau kaki Becky yang masih sakit terluka lagi jika berjalan tanpa bantuan darinya. Dia hanya ingin menjaga gadis itu.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Freen heran karena Becky menatapnya begitu dalam.
Becky mengerjap cepat, "T-tidak! Siapa yang sedang menatapmu?" elak Becky.
"Nona Becky tolong jangan salah paham ya, aku hanya tidak ingin kau tersandung dan memastikan lukamu tak memburuk jadi pegang tanganku agar kau tidak sampai jatuh," kata Freen berusaha menjelaskan agar Becky tak berpikir aneh tentang dirinya.
"Ayo pergi," ajak Freen sekali lagi.
Becky diam sesaat ketika ia menatap telapak tangan yang terbuka dihadapannya dan tak lama ia meraih tangan itu meski ada sedikit keraguan. Akan tetapi saat dirinya membiarkan Freen menggenggam tangannya erat, sungguh rasa hangat seketika memenuhi diri Becky.
Kali ini Becky tak bisa menyembunyikan lagi senyumannya saat Freen mulai melangkah dengan tangan mereka saling bergandengan.
Dan entah mengapa hari ini terasa begitu berbeda dari hari kemarin.
Bahkan angin musim dingin yang berhembus saat kini tak lagi terasa dingin, berkat seseorang yang kini berjalan disampingnya.
**
Maaf ya gaes, q lg banyak banget kerjaan jd gbs up cepet.
Selamat membaca semuanya dan jgn lupa like n komen gmn pendapat kalian ttg cerita ini ya
Makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ms. CEO
FanfictionBecky adalah artis pendatang baru yang memiliki semangat besar untuk menggapai harapannya menjadi mega bintang. Akan tetapi pertemuannya dengan Freen, seorang CEO agensi tempat Becky bekerja seperti merangkap Becky dalam dunia baru penuh teka-teki...