bab 7

2.6K 262 17
                                    

Freen menggerakkan pandangannya pada Becky yang berdiri di sampingnya lalu berujar, “aku adalah ...” Freen mengambil jeda sesaat ketika matanya bertemu dengan mata kecoklatan indah itu.


Dalam hatinya, Freen ingin sekali menyentuh wajah itu, membelainya lembut dan ...


Rahang Freen mengeras lalu tersenyum samar. Semua hanyalah gambaran yang menyedihkan dan ia tak ingin memulainya lagi bersama siapa pun. Bahkan dengan gadis ini sekali pun.


“Ms. Freen,” panggil Becky lirih sambil melepaskan rengkuhan tangan Freen dipundaknya.


“Oh aku hampir lupa,” ujar Freen lalu ia merogoh tas hitamnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama pada staf tadi. “Aku CEO Sammon entertaimen. Aku kesini karena ingin memberikan dukungan pada artis baruku ini. Jadi aku harap kalian bisa membantunya dan memperlakukan dia dengan baik.”


“Aah iya tentu,” jawab staf pria tadi dengan suara lebih sopan. “Becky ayo bersiap, sekarang giliranmu,” pinta pria itu lalu ia berjalan pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.


Becky memutar tubuhnya menatap Freen lalu tersenyum, “terimakasih sudah menyelamatkanku tadi.”


“Kau masih saja ceroboh.”


Alis Becky bertaut saat Freen mengatakan hal itu seakan Freen sudah lama mengenalnya. Tapi Becky hanya menggelengkan kepala lemah, mengabaikan perasaan tersebut. “Ms. Freen aku senang kau datang kemari. Terimakasih sudah datang,” ucap Becky masih tersenyum lembut. Bos yang satu ini ternyata sangat perhatian pada artisnya.


Freen bersendekap tangan lalu menatap Becky dingin, “apa kau sungguh senang melihatku? Sungguh?” Senyuman tipis yang mengejek itu muncul di wajah Freen. “Apa kau sungguh ingin bermain dengan api membara yang siap menelanmu kapan saja?”


“Ms. Freen apa maksud anda?”


Freen menghela napas karena gadis itu hanya memasang wajah polos. Freen merasa malas dan lelah menghadapi sikap Becky. Dia sudah merasa cukup jadi gadis berambut hitam lurus sepunggung itu hanya menggeleng lemah, tak memberi jawaban apapun pada Becky.


“Pergilah, mereka sudah menunggumu,” perintah Freen lalu ia memalingkan tatapannya dari Becky, memutar tubuhnya dan mulai menggerakkan kakinya untuk menjauh.


Tapi tatapan dingin itu dan saat gadis itu memalingkan wajahnya dari Becky, mendadak dada Becky terasa sesak. Terhimpit rasa bersalah yang entah dari mana datangnya namun begitu menyesakkan sampai gadis itu tanpa sadar meraih pergelangan tangan Freen, tak membiarkan gadis itu melangkah lebih jauh lagi darinya.


Becky tak bisa melihat amarah dan kesedihan yang tersirat di wajah gadis dingin itu. Becky sungguh tak sanggup.


Freen seketika menoleh terkejut. Secara bergantian dia menatap wajah Becky dan tangannya dalam rengkuhan gadis itu. Dan Freen merasakan dinginnya telapak tangan gadis blasteran yang cantik itu meski langit malam hanya diterangi sedikit cahaya rembulan.


“Ada apa?” tanya Freen datar.


“Jangan pergi,” ujar Becky dengan suara bergetar seolah Freen adalah kekasih yang sebentar lagi pergi dan takkan kembali dalam hidupnya. Becky merasa takut. “Jangan pergi, aku mohon ...” pinta Becky.


Freen hanya menelan ludahnya tanpa mampu berkata apapun. Dadanya bergetar mengalirkan kerinduan yang besar. Tapi dirinya hanya membatu. Mencoba mencerna apa yang diinginkan gadis itu. Apakah dia sedang mencoba menyiksanya sekali lagi? Dia sungguh gadis jahat.


Freen menghela napas berat lalu dengan hati-hati ia menurunkan genggaman itu. Mereka bukanlah siapa-siapa saat ini dan tak akan menjadi apa pun, sampai kapan pun.


“Apa yang kau lakukan? Berhentilah bermain-main denganku. Aku sudah lelah,” ungkap Freen. Dia benar-benar sudah lelah dengan hidupnya dan tak ingin terlibat masalah lainnya lagi.


“Hey Becky ayo cepat! Apa kau tak dengar!?”


Becky seketika tersadar dari lamunannya ketika teriakan staf itu memekakkan telinganya. “Astaga! Ada apa denganku?” Becky tampak kebingungan lalu ia menatap Freen tak enak. “Maafkan aku Ms. Freen, aku tak bermaksud membuatmu kesal. Apa yang barusan ini .. itu aku hanya sedang berlatih. Yeah .. hanya akting. Maafkan aku, kalau begitu aku permisi dulu. Sampai jumpa besok di kantor.” Becky memberi salam khas orang thailand pada Freen lalu segera pergi menuju staf yang sudah menunggunya.


Saat itulah, saat Freen hanya memandangi punggung gadis itu yang kian menjauh, Freen menghela napas panjang lalu mengusap air mata yang tergenang di pelupuk matanya.


Sepertinya Tuhan dan gadis itu sedang senang mempermainkan hidup miliknya.

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang