bab 12

2.4K 283 10
                                    

Irin berjalan sambil membawa nampan berisi menu sarapan dan beberapa obat anti nyeri untuk Becky yang duduk bersila diatas ranjang.

“Kenapa kau terus melamun?” tanya Irin penasaran. Gadis itu meletakkan nampan tadi keatas meja kecil di depan Becky dan ikut duduk di ranjang. “Apa yang sedang kau pikirkan? Apa kepalamu masih pusing? Mereka bilang kepalamu terbentur.”

Becky menatap Irin lalu bertanya dengan ragu-ragu, “Irin apakah Ms. Freen kemarin datang kemari?”

Irin memiringkan kepalanya, mengingat serentetan kejadian kemarin dan ia sama sekali tak mendapati sosok bos dingin itu. “Apa kau bercanda? Ceo gila itu? Ckck .. mana mungkin,” ucap Irin sewot lalu mendengus kesal.

Becky ikut menghela napas. “Ternyata itu tidak nyata,” gumam Becky sangat lirih. Mendadak ia kecewa.

“Mana mungkin wanita gila kerja itu datang untuk melihat artis barunya? Kau tak ingat beban kerja dan tuntutan kontrak darinya?”

Becky langsung cemberut lalu meraih sendok dan melahap buburnya tak semangat. “Lalu apa yang kulihat semua itu hanya mimpi?” gerutunya merasa aneh. Perasaan itu terlalu nyata jika disebut hanya sebuah mimpi. Becky seakan bisa merasakan kehangatan dari tangan gadis itu dan cara dia menatapnya. Ini sungguh aneh.

“Memangnya ada apa Becky? Kenapa tiba-tiba kau menanyakan wanita itu?” tanya Irin heran.

Becky menggeleng lemah. “Tidak apa-apa. Kurasa kemarin aku sudah bermimpi aneh karena terlalu lama tidur.”

Irin menatap Becky curiga. “Ada dengan suaramu itu? Kau terdengar seperti gadis lemah tak berdaya yang sedang mengharapkan kehadiran kekasihnya.”

“Uhuk uhuk!” Becky seketika tersedak mendengar ocehan Irin. “Astaga Irin jangan bicara tidak jelas! Dasar kau ini.”

Irin menggeser pantatnya lebih dekat, menatap wajah Becky lekat-lekat. “Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?”

Becky berhenti mengunyah dan membalas tatapan Irin. “Kurasa kau yang sudah gila,” ujar Becky kesal lalu mendorong kening Irin agar menjauh darinya. “Pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.”

“Pekerjaan apa? Satu-satunya pekerjaanku adalah mengawasimu dan melaporkan kondisimu setiap detik padanya.”

Alis Becky berkerut. “Pada siapa?”

“Memangnya siapa lagi kalau bukan Ceo aneh itu,” jawab Irin cepat yang kemudian membuat Becky terdiam.

Kenapa Ms. Freen meminta Irin melakukan pekerjaan seperti itu? Kenapa wanita itu ingin tahu bagaimana kondisinya setiap saat? Apakah dirinya spesial bagi Ms. Freen?

'Spesial? Itu mustahil,' ujar Becky dalam hati. Dia merasa dirinya terlalu percaya diri dan Becky segera meyadarkan dirinya. Satu hal yang pasti adalah dirinya bukanlah siapa-siapa.

‘Tidurlah, aku akan tetap disini ...’

 
Tapi .. suara lirih yang menenangkan itu dan tatapan yang sehangat genggamannya terasa nyata. Ada bagian dalam diri Becky yang merasa kecewa jika semua itu hanyalah mimpi.

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang