bab 10 - aku di sini

2.6K 295 6
                                    

Cekrek!

 

Becky menoleh, melihat gadis dibelakangnya yang kembali memotret diam-diam. Dengan wajah curiga dia bertanya, “apa kau paparazi? Apa begitu cantik sampai kau diam-diam memotretku?”

 

Gadis dibelakangnya tersenyum lalu mendekati Becky dan menunjukkan fasil bidikannya. “Bagaimana? Baguskan?”

 

Alis Becky berkerut. “Haah? Apa ini?” tanya Becky heran kerana gadis itu terus memotret jalanan yang sudah mereka lewati hari ini.

 

“Karena kau selalu saja ceroboh dan sulit menghapal tempat baru jadi kau bisa mengingatnya dengan melihat foto ini,” jawab gadis berambut hitam panjang itu lalu menyodorkan kamera miliknya pada Becky. “Simpan ini dan jangan sampai menghilangkannya. Kau tahu kan kamera ini sangat berarti bagi kita.”

 

Becky mengangguk lalu mengambil kamera itu dan melihat foto-foto kebersamaan mereka lalu berhenti pada foto terakhir yang memperlihatkan pemandangan jalan dengan sebuah plang yang baru dipotret sang kekasih. “Terimakasih. Berkat dirimu aku tak akan tersesat lagi,” ungkap Becky dengan senyuman.

 

Gadis disamping Becky mengusap lembut kepala Becky dan berujar, “selama aku bersamamu, aku takkan pernah membiarkanmu tersesat.”

 

Becky menatap sang kekasih dan kamera dalam genggamannya secara bergantian lalu berujar, “semua gambar yang tersimpan di kamera ini sama halnya seperti kanvas yang menggambarkan kisah kita. Jadi benda ini adalah hartu karun kita berdua.”

 

“Kau benar sayang karena itu sekarang simpan kameraku, jangan sampai menghilangkannya.”

 

“Iya sayang, akan kusimpang baik-baik benda ini.” ungkap Becky dengan senyuman. Dia mendekap kamera itu lalu mengecup bibir sang kekasih.

Dan itulah sekilas bayangan yang melintas dalam benak Becky sebelum gadis itu mata gadis itu terpejam dan kamera itu terlepas dari genggaman tangannya. Gadis blasteran itu pingsan setelah terjatuh.

**

Sebuah mobil putih berhenti di tempat parkir kawasan wisata di sebuah desa. Lalu dengan tergesa pengemudi itu keluar dari mobil dan bergegas menuju suatu tempat.

Sambil berlarian sesekali Freen melihat ponselnya yang mengarahkannya ke suatu tempat. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran meski titik merah di ponselnya itu tak bergerak. Di setiap langkahnya Freen tak berhenti berdoa.

Memohon agar semuanya baik-baik saja.

Memohon agar dia tak terluka.

Tak sampai sepuluh menit Freen telah sampai di titik tujuan. Dipandangi sekitarnya namun ia tak menemukan sosok gadis itu. Wajah Freen semakin cemas ketika diatas tebing tersebut tak ada seorang pun.

Dimana gadis itu? Dengan panik Freen berlarian mengitari tebing, mencari keberadaan gadis itu.

My Ms. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang