Jangan lupa like + komen.
***
Pernikahan yang dilakukan secara mendadak bukan menjadi satu-satunya hal yang membebankan Naora. Melainkan dampak setelahnya yang harus ia hadapi. Yakni tanggapan orang-orang di sekitarnya.
Melangkahkan kakinya dari parkiran menuju gedung tempatnya bekerja tak pernah sesulit ini sebelumnya bagi Naora. Terlebih dengan banyaknya tatapan penasaran yang dilayangkan padanya.
Rekan-rekan kantornya menjadi salah satu dari sekian banyaknya tamu undangan yang diharap hadir ke acara resepsi pernikahan Seno dan Clarista. Ya. Mereka berdua. Nama Naora tak ada dalam undangan tersebut.
Tak akan aneh jika mereka kebingungan ketika melihat sosok Naora lah yang bersanding di pelaminan bersama Seno dan bukannya Clarista. Rekan-rekan kantornya tak mengenal Clarista. Tetapi mereka cukup mengenal Naora dan amat tau sekaku apa hubungannya dengan Seno.
Naora tak menyukainya. Saat ketika dirinya harus menjadi pusat perhatian. Selama ini ia selalu berusaha sebaik mungkin menjauh dari pusat kerumunan. Sudut ruangan selalu menjadi tempat favoritenya. Karena itulah ketika semua pasang mata tertuju padanya, Naora dilanda kegugupan luar biasa.
Seperti pelaku kejahatan yang melakukan dosa besar.
Pun hari pertamanya menjadi seorang istri tak berjalan lancar. Naora bangun kesiangan dan mendapati Seno sudah tidak ada di rumahnya. Pria itu pasti sudah berangkat ke kantor mengingat betapa tekun dan giatnya ia dalam bekerja.
Ketika akhirnya berhasil masuk ke dalam ruangan, barulah Naora dapat mengangkat wajahnya. Namun hal yang nyaris serupa ia alami di ruangan yang selama ini selalu ia anggap sebagai tempat ter aman. Walau tak semuanya, ia dapati beberapa pasang mata yang meliriknya secara terang-terangan.
Naora menelan saliva yang tercekat di tenggorokan. Dengan gugup, perempuan itu melangkah menuju kursi kerjanya. Ia menghempaskan bokongnya di kursi empuk. Mencoba mengabaikan raut penuh tanya dari beberapa rekannya, Naora mulai menyalakan komputer. Untuk hari ini saja, perempuan itu akan berusaha bersikap abai.
-
"Jadi yang nikah itu elo?"
Naora menghela nafas samar saat pertanyaan yang sudah ia duga terlontar pada akhirnya. Ia melirik pada Retno, rekan kerja yang duduk tepat di seberang meja kerjanya. Tanpa mengatakan apapun, Naora hanya mengangguk membenarkan.
"Bukannya mas Seno nikahnya sama mbak lo ya?"
Kali ini Naora menggeleng menjawab pertanyaan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Pernikahan
ФанфикBagaimana rasanya menikah dengan kekasih kakakmu? Tentu hal tak masuk akal itu tak bisa Naora jabarkan dengan kata-kata. Dikala dirinya tengah sibuk membantu menyiapkan kamar untuk calon pengantin baru, ibunya datang dengan tergesa-gesa. Memaksanya...