4. Membuat Batas

585 97 4
                                    

Jangan lupa like + komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa like + komen.

***

"Nah ini dia pengantin barunya uda dateng." Ujar salah seorang wanita yang Naora tak tau siapa namanya. Perempuan itu terlalu sibuk memandangi wajah pria yang ia yakini baru selesai dari segala urusan pekerjaannya.

Seno menyapa beberapa dari mereka sebelum akhirnya beralih menatap Aurin.

"Kamu belum makan kan? Ayo kita makan dulu sebelum ketemu papa kamu." Ajak Aurin dan kembali menatap menantunya. Aurin tersenyum dan menggandeng tangan Naora, mengajaknya pergi dari sana. Sementara Seno mengekor di belakang.

"Ma-"

"Ayo makan dulu Sen. Kamu belum makan siang kan? Mama tau banget kebiasaan buruk kamu yang selalu lupa makan kalau uda sibuk sama kerjaan. Mama ambilin makanan dulu. Tuh kamu duduk disana. Nanti kami nyusul." Ujar Aurin sedikit mendorong punggung putera sulungnya. Wanita paruh baya itu pun hendak menuju meja prasmanan sebelum Seno kembali menghalanginya.

"Aku uda makan ma. Aku kesini cuma mau bawa pulang Naora."

Aurin memandang putera dan menantunya bergantian sebelum kemudian tersenyum menggoda.

"Buru-buru banget Sen. Mau kemana sih? Pulang? Naora baru aja nyampe loh. Istri kamu jangan di kekepin dong. Mentang-mentang penganten baru."

Seno menghela nafas pelan. Ia mengalihkan pandangan pada Naora. Tanpa perlu mengutarakan apapun, perempuan itu sudah paham dengan maksud tatapan Seno.

"Kami pulang dulu ma."

"Loh, kamu juga buru-buru banget sih Nao. Kamu kan belum ma-"

"Ada kerjaan yang belum Naora selesaikan ma."

"Kamu bawa kerjaan ke rumah?" Tanya Aurin mengerutkan kening tak suka. Naora tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Menciptakan decakan sebal dari bibir mertuanya.

"Kamu sama aja sama suamimu ternyata. Gila kerja. Kalian itu pengantin baru. Baru juga nikah semalem. Ambil cuti sehari dua hari juga gak masalah harusnya." Omel Aurin.

"Kami pulang. Titip salam buat papa." Pamit Seno seraya menarik tangan Naora. Perempuan itu tersenyum dan mengangguk pada Aurin sebelum mengikuti langkah suaminya.

Ketika tiba di luar gedung, dengan cepat Seno melepas cengkraman di pergelangan tangan Naora. Pria itu berbalik dan menatap Naora yang kini menunduk.

"Lain kali kalau mau keluar kasih tau saya." Ujar Seno dengan suara rendah. Naora mendongak dan menatap ekspresi datar yang ditampilkan pria itu.

"Ijin sama saya. Apa susah?"

"Maaf mas, tapi tadi mama ngajak keluar. Aku gak enak hati buat nolak. Jadi-"

Akad PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang