15. Noda Merah

817 90 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lucu banget."

Naora tak henti-hentinya mengucap kata itu ketika netranya memandangi bayi berjenis kelamin perempuan dalam gendongan ibunya. Naora tersenyum saat merasakan jari mungil bayi itu menggenggam lemah jari telunjuknya.

"Lucu ya Nao?"

Suara berat mengalihkan perhatian Naora. Perempuan itu menoleh dan mendapati kehadiran Zafran dengan membawa kereta dorong bayi.

"Minta sana ke Seno," goda Zafran sembari menaik turunkan alisnya. Menanggapi godaan suaminya, Jelita mencubit pelan lengan pria itu. Sementara Naora meringis melihat tingkah pasangan suami istri di hadapannya.

"Nggak apa-apa mbak Nao. Masalah anak, semua ada jalannya masing-masing kok. Ada yang cepat dapat anak, ada yang masih harus menunggu. Ya, mungkin mbak masih disuruh menikmati masa-masa indah berdua dulu sama suami. Kencan ke banyak tempat tanpa ada halangan. Kalau kayak aku sama mas Zafran, uda agak sulit cari waktu buat berduaan mbak."

"Bener tuh Nao. Nikmatin aja dulu masa-masa indah berdua. Masalah anak itu nggak perlu dijadiin pikiran. Menikah bukan melulu soal anak kok. Tapi juga soal komitmen. Tentang sejauh mana dua pasang kaki yang berbeda bisa berjalan beriringin tanpa ada salah satunya yang tertinggal."

Menanggapi petuah dari dua orang di hadapannya, Naora hanya tersenyum dan mengangguk. Namun beda halnya dengan kepalanya yang kini berkecamuk.

"Kalau kamu ngerasa sepi dan bosen di rumah, kamu bisa main kapan aja kesini kok mbak. Main sama Claudy. Sama Jeff dan Zara juga," tambah Jelita ketika menyadari mendung di wajah Naora.

"Mau kemana Jov?" Zafran mengernyit heran saat melihat adiknya keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.

"Jemput bang Juan. Ban mobilnya kempos bang," sahut Jovan sembari mengenakan jaketnya.

"Hati-hati Jov!" Seru Jelita ketika adik iparnya bergegas pergi. Melihat raut bingung di wajah Naora, perempuan itu pun tersenyum.

"Jovan mau jemput kakak aku," ucap Jelita menjelaskan.

Naora mengangguk mengerti. Netranya kembali berpusat pada bayi yang kini telah tertidur di gendongan ibunya.

"Dia emang suka tidur ya mbak?"

"Bayi kalau baru lahir memang lebih sering tidur mbak. Dia seringnya bangun pas malem. Karena lapar dan mau nenen. Jadinya aku sama mas Zafran ikutan begadang."

"Sibuk juga ya mbak kalau punya bayi baru lahir."

"Bukan sibuk lagi mbak. Aku bahkan hampir gak punya waktu buat sisiran. Tapi sejauh ini aku menikmati-"

Akad PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang